Ilmuwan Prediksi Badai Matahari Berdampak Pada Bumi

Ilmuwan memprediksi terjadinya solar flare atau badai matahari yang diduga akan berdampak pada Bumi.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 13 Mei 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi badai Matahari
Ilustrasi badai Matahari (NASA's Goddard Space Flight Center/Genna Duberstein).

Liputan6.com, Jakarta - Ahli antariksa memprediksi akan terjadi ledakan badai Matahari atau solar flare yang bisa berdampak pada Bumi.

Ledakan suar tersebut diprediksi terjadi pada Jumat, 13 Mei 2022, namun bisa membuat badai Matahari lebih cepat.

Mengutip The US Sun, Jumat (13/5/2022), para ahli di SpaceWeather.com menjelaskan, "Sunspot AR3007 memiliki medan magnet kelas delta yang menyimpan energi untuk membuat ledakan kuat dan hampir langsung menghadap Bumi."

"Ramalan NOAA memperkirakan 50 persen peluang suar kelas M dan 30 persen peluang suar X pada 12 Mei," kata para ahli cuaca. Suar matahari yang diprediksi dibeli label sebagai CME/ coronal mass ejection. CME merupakan jenis badai matahari yang disebut sebagai lontaran massa korona.

Lontaran massa korona ini merupakan pelepasan plasma yang sangat besar dari lapisan luar Matahari (disebut korona).

Ketika badai matahari menghantam medan magnet Bumi, mereka dapat menyebabkan badai geomagnetik yang mempengaruhi satelit dan jaringan listrik.

Sebelumnya, badai Matahari yang terjadi baru-baru ini menyebabkan pemadaman gelombang radio di sekitar Samudera Atlantik yang berlangsung lebih dari satu jam.

Sementara, setiap badai matahari yang menghantam Bumi dinilai berdasarkan tingkat keparahannya.

Suar yang terjadi pada 12 atau 13 Mei ini diperkirakan merupakan badai kelas M atau badai kelas X. "Badai matahari kelas X sangatlah besar, itu adalah peristiwa besar yang dapat memicu pemadaman radio di seluruh Bumi dan badai radiasi yang berlangsung lama," kata Spaceweather.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

Pentingnya Medan Magnet Bumi

Ilustrasi suar Matahari (NASA)
Ilustrasi suar Matahari (NASA)

Sementara, badai kelas M berukuran sedang, suar ini bisa menyebabkan pemadaman radio singkat yang mempengaruhi wilayah kutub Bumi.

Bukan hanya mengganggu Bumi, pose suar yang intens juga ditengarai bisa menimbulkan ancaman bagi manusia di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Badai matahari tersebut dapat mematikan bagi astronaut jika mengakibatkan cedera atau mengganggu komunikasi kontrol misi.

Selain itu, badai kecil dapat bisa membingungkan hewan yang tengah bermigrasi dan mengandalkan medan magnet Bumi untuk mengetahui arah.

Untungnya, medan magnet Bumi melindungi manusia dari dampak yang lebih ekstrim dari badai Matahari. Setiap badai matahari, terdiri dari radiasi elektromagnetik intens yang sering menyembur dari Matahari dan dapat mengirimkan aliran partikel bermuatan tinggi ke arah Bumi.

Radiasi ini bisa saja berbahaya bagi manusia, jika tidak memiliki perlindungan medan magnet Bumi.

Sebelumnya, erupsi solar Matahari besar pernah terjadi pada 1989, menembakkan begitu banyak partikel bermuatan listrik ke Bumi. Akibatnya, provinsi Quebec, Kanada, kehilangan daya listrik selama sembilan jam.

Yang terjadi saat ini, Matahari berada di awal siklus 11 tahunan Matahari. Dalam kondisi ini, letusan suar Matahari tumbuh lebih intens dan ekstrem.

Sebelumnya ada Badai Matahari

Badai Matahari
Badai Matahari ( NASA/SDO/Goddard)

Sebelumnya, NOAA atau lembaga administrasi oseanologi dan atmosfer AS memprediksi Bumi bakal dilanda badai matahari pada Kamis, 14 April 2022.

NOAA menyebut pihaknya telah memantau selama beberapa jam terakhir dan menemukan bahwa badai geomagnetik kuat bakal melanda Bumi.

Bahkan, NOAA menggolongkan badai geomagnetik ini berada di level G3. Itu artinya, badai geomagnetik ini tergolong cukup kuat.

The Independent, seperti dikutip Kamis (14/4/2022) menyebut, badai matahari bisa terjadi karena adanya coronal mass ejection alias CME.

CME merupakan pelepasan plasma secara besar-besaran yang ditembakkan dari korona atau lapisan terluar Matahari. CME mengandung miliaran ton partikel matahari yang bergerak cepat serta medan magnet yang mengikatnya.

CME ini bisa menyebabkan badai geomagnetik ketika mereka bersentuhan dengan medan magnet Bumi. Badai geomagnetik terjadi jika ada pertukaran energi yang efisien dari angin Matahari ke lingkungan luar angkasa yang mengelilingi Bumi.

Dampak Badai Matahari

Badai matahari (solar flare)
Badai matahari atau solar flare (NASA)

Masih dari The Independent, dengan badai matahari sekuat itu, masalah bisa dirasakan pada sistem kelistrikan. Bahkan, dampak lainnya adalah terganggunya satelit, terutama penggunaan sistem satelit navigasi dan radio.

Bukan hanya itu, badai geomagnetik sekuat itu juga akan menciptakan aurora seperti aurora Northern Lights. Aurora semacam ini bisa terlihat dalam ketinggian rendah.

Selain itu, badai matahari sekuat itu juga bisa membuat binatang bermigrasi ke tempat lain.

Sebelumnya, disebutkan bahwa Bumi telah terkena dampak dari badai matahari tersebut. Namun, saat itu diketahui bahwa dampaknya masih belum kuat.

Kini setelah melakukan pengamatan beberapa jam, NOAA mengamati adanya badai geomagnetik yang kuat sejak sehari sebelumnya.

(Tin/Ysl)

Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana
Infografis Gerhana Matahari Total, Tidak Buta karena Gerhana (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya