Komdigi Targetkan Lelang Frekuensi 1,4 GHz Rampung Semester 1 2025, Siap Hadirkan Internet Murah

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menargetkan lelang frekuensi 1,4GHz rampung di semester pertama 2025 untuk meningkatkan penetrasi Fixed Broadband.

oleh Agustinus Mario Damar Diperbarui 24 Feb 2025, 17:06 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 17:06 WIB
Morning Tech
Forum Morning Tech bertajuk “Lelang Frekuensi, Untuk Siapa?” (Liputan6.com/Agustinus M. Damar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) telah mengumumkan rencana untuk melelang frekuensi 1,4GHz. Langkah ini diambil untuk menghadirkan internet rumah yang menawarkan kecepatan tinggi dengan harga terjangkau.

Koordinator Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Digital Komdigi, Benny Elian menuturkan, rencana lelang diharapkan bisa rampung pada semester pertama 2025. Baru kemudian, Komdigi akan melakukan lelang untuk frekuensi lain.

Saat ini, menurut Benny, Komdigi juga telah melakukan penjaringan minat pada lebih dari 10 penyelenggara jaringan. Setidaknya, ada tujuh penyelanggara yang sudah menyatakan berminat.

"Jadi, kami akan beralih ke mekanisme seleksi, tapi tidak berarti yang ikut nanti tujuh, karena bisa jadi bertambah penyelenggara yang kebetulan sempat menanyakan dan menyatakan minat," tutur Benny dalam acara Morning Tech di Jakarta, Senin (24/2/2025).

Untuk diketahui, lelang frekuensi 1.4 GHz ini direncanakan untuk bisa menghadirkan kecepatan 100Mbps. Pita frekuensi ini akan digunakan untuk layanan BWA (Broadband Wireless Access).

DIjelaskan, layanan BWA ini diberikan untuk penyelenggaran jaringan tetap lokal berbasis packet-switched menggunakan teknologi IMT (International Mobile Telecommunications).

Hal ini dilakukan karena penetrasi Fixed Broadband (FBB) di Indonesia masih rendah, hanya 21,31 persen rumah tangga. Selain itu, kecepatan rata-rata masih 32,10Mbps, dan harga layanan internet cepat 100Mbps masih mahal.

Selain itu, rencana kebijakan internet murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali.

Kementerian Komdigi Siap Lelang Frekuensi 1,4GHz untuk Hadirkan Internet Murah

Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit dan Standarisasi Infrastruktur Digital Kemkomdigi Adis Alfiawan (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)
Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit dan Standarisasi Infrastruktur Digital Kemkomdigi Adis Alfiawan (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)... Selengkapnya

Sekadar informasi, Kementerian Komdigi (Komunikasi dan Digital) diketahui tengah berencana melelang spektrum frekuensi 1,4GHz dalam waktu dekat.

Langkah ini diambil bukannya tanpa alasan, karena Komdigi menargetkan bisa menghadirkan internet murah berbasis fixed broadband.

Menurut Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit dan Standarisasi Infrastruktur Digital Kemkomdigi Adis Alfiawan, penetrasi fixed broadband di Indonesia masih rendah.

Selain itu, Adis menuturkan, kualitas layanan kecepatan download rata-rata layanan fixed broadband masih relatif rendah, yakni 32,07 Mbps. Data itu berdasarkan Ookla pada Desember 2025.

Selain itu, berdasarkan pemetaan, Indonesia saat ini masih memiliki usage gap yang cukup tinggi. Maksudnya, kesenjangan antara rumah yang sudah dialiri listrik dan terhubung dengan internet fixed broadband, dengan yang belum terhubung.

"Padahal, itu sebenarnya potensi, karena sudah terkoneksi listrik. Sudah ada kabel dan tiang, tinggal ditambahkan kabel FO (fiber optic)," tuturnya dalam Selular Business Forum di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Ditambah, pertumbuhan pelanggan fixed broadband sejak 2021 terbilang stagnan. Dengan kondisi tersebut, Kementerian Komdigi pun berusaha mengatasinya dengan lelang frekuensi 1,4GHz untuk layanan telekomunikasi BWA (Broadband Wireless Access).

 

Alasan BWA Jadi Pilihan

Layanan BWA dipilih karena menawarkan penggelaran yang lebih mudah dan cepat dengan biaya relatif lebih rendah dibandingkan FO.

Jadi, BWA akan menjadi akseselerator peningkatkan layanan fixed broadband sekaligus pelengkap layanan jaringan FO.

"Jadi, BWA tidak diposisikan menggantikan, bukan. Justru, ia merupakan extension," tutur Adis menjelaskan. Selain itu, layanan ini diharapkan juga bisa menjadi pemantik permintaan layanan fixed broadband di Indonesia.

 

Beda dari Sebelumnya

Untuk itu, ia menuturkan, BWA kali ini juga akan berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Sebab, saat ini ada kewajiban bagi operator yang menjalankan BWA memakai FO sebagai backbone-nya.

Nantinya, untuk menyelenggarakan BWA, penyedia tetap menggunakan Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Berbasis Packet-Switched. Tidak hanya itu, operator BWA yang membangun juga menyewakannya ke semua penyelenggara jaringan.

Ia juga menegaskan, rencana ini diharapkan bisa menghadirkan konektivitas yang bermakna. Maksudnya, pada proses lelang nantinya juga akan memperhatikan cakupan layanan seperti di daerah yang belum tercakup internet, termasuk sekolah, puskesmas, dan madrasah.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya