Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan maut yang merenggut nyawa 18 orang di perlintasan Tubagus Angke, Jakarta Barat membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengevaluasi seluruh perlintasan kereta api di Ibu Kota.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (8/12/2015), sejumlah perlintasan liar yang tidak memiliki palang pintu menjadi prioritas untuk ditutup karena membahayakan pengendara atau warga yang melintas.
Advertisement
Saat ini di Ibu Kota terdapat sekitar 100 perlintasan resmi dan 1.000 lebih perlintasan kereta api liar.
Advertisement
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan mengupayakan jalur layang bagi kereta api. Dia yakin jalur ini bisa mengurangi angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Keberadaan jalur layang ini juga sangat membantu kelancaran lalu lintas kereta api.
"Desain awal itu yang kereta api semua naik, seperti yang sisi timur ini. Kalau kereta api naik kan tiap 1 menit, setengah menit juga enggak ada masalah. Nah sekarang kalau kamu di bawah, kita mau bikin bawah, mau lewat berapa banyak," ungkap Ahok.
Upaya Pemprov DKI Jakarta ini mendapat dukungan dari para pengguna jalan. "Bagus juga sih kalau lewat atas, lebih aman kan. Cuma kalau penjaga palangnya kemarin ada tuh, istilahnya ada penjaga palang, enggak akan terjadi kaya gitu (kecelakaan kereta)," ucap salah seorang warga Tohari.
Minggu 6 Desember 2015, Metro Mini B80 jurusan Kalideres-Jembatan Lima hancur setelah tertabrak Commuter Line di pintu perlintasan Tubagus Angke.
Kecelakaan terjadi setelah pengemudi metro mini nekat menerobos perlintasan kereta api yang sudah ditutup. Akibat kejadian ini, 18 orang tewas termasuk pengemudi metro mini.