Ayah Berdoa di Depan Kakbah, Anak Rebut 2 Emas di Asian Para Games 2018

Dukungan keluarga menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan atlet disabilitas di Asian Para Games 2018.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 12 Okt 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 15:00 WIB
Banner Asian Para games 2018
Asian Para games 2018

Liputan6.com, Jakarta Malaysia masih terus berjuang mencapai target 15 emas di Asian Para Games 2018. Sejauh ini, negeri jiran itu berada di urutan ke-8 dengan koleksi 14 emas, 20 perak, dan 18 perunggu. 

Ridzuan Mohamad Puzi menjadi salah seorang pahlawan Malaysia pada Asia Para Games 2018. Atlet disabilitas yang tampil di cabor para atletik itu sukses menyumbang dua emas. 

Seperti dilansir kantor berita Bernama, dukungan orangtua jadi salah satu kunci keberhasilan Ridzuan. Meski tidak ikut mendampingi anaknya bertanding, sang ayahnya, Mohamad Puzi Mat Isa (58) dan ibunya, Lailah Salleh (50), tidak lupa memotivasi Ridzuan. Mereka berdua tidak bisa hadir karena tengah melaksanakan ibadah umrah. 

"Saya tahu dia menang setelah diberi tahu oleh kerabat yang baru kembali ke desa. Sebelum itu, saya memberi dorongan kepadanya lewat video call," kata Mat Isa. 

Tidak hanya dukungan melalui kata-kata, Mat Isa juga mengaku berdoa untuk anaknya. "Saya berdoa di depan Kakbah agar Tuhan memberinya kekuatan saat berlari dan mendapatkan hasil terbaik untuk dia dan negaranya pada lomba tersebut," beber Mat Isa. 

Doa itu akhirnya terjawab. Ridzuan berhasil merebut emas di nomor lari 100 meter kategori T36. Prestasi Ridzuan bertambah gemilang setelah memecahkan rekor dunia dengan catatan waktu 11.87. Sementara medali emas kedua kembali dipersembahkan Ridzuan lewat nomor lari 400 m kategori T36 dengan catatan waktu 59.36 detik.

 

* Grab selaku official mobile platform partner juga mendukung Asian Para Games 2018

 

 

 

 

Penjual Nasi Lemak

Banner Asian Para games 2018
Asian Para games 2018

Prestasi yang ditorehkan Ridzuan tidak datang dengan sendirinya. Sebaliknya, kerja keras dan motiviasi yang kuatlah yang membuat dia mampu mengubah jalan hidupnya. 

Seperti dilansir dari Says.com, Mohamad Ridzuan Mohamad Puzi atau yang akrab disapa Dek Wan didiagnosis menderita cebral palsy ketika dia berusia 1 tahun. Namanya mulai viral di media sosial Malaysia saat berhasil merebut emas di Paralimpiade Brasil, 2016 lalu. 

Warganet kemudian rama-ramai mencari tahu siapa sosok Ridzuan. Salah seorang pengguna Twitter, Wahyu Illahi, bercerita kalau Ridzuan awalnya hanyalah bocah kampung. Saat mulai beranjak remaja, ayahnya sempat mengirimkan Ridzuan mengikuti lokakarya di Perlis. Ayahnya berharap anaknya bisa membuat mebel dan berlajar menjaga diri sendiri. 

Dalam serial twitnya, Wahyu Illahi juga menyebutkan kalau Ridzuan bersama temannya sempat berjualan nasi lemak demi menambah uang saku. Beruntung, seorang pelatih bernama Affizam Amdan menemukan bakatnya tahun 2004 dan mulai membinanya. 

Sejak saat itu, Ridzuan terus bekerja keras untuk menggapai mimpinya sebagai sprinter. Dia lalu berganti pelatih. Dia kemudian ditangani oleh R  Jeganathan yang akhirnya mengantar Ridzuan meraih medali emas pada Paralimpiade Brasil 2016 lalu.  

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya