Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) mencatatkan rugi Rp 29,6 triliun pada 2013 dibandingkan realisasi pencapaian 2012 untung Rp 3,2 triliun. Kerugian itu dipicu dari depresiasi rupiah pada 2013.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Nur Padmuji mengatakan, nilai tukar rupiah terpuruk membuat pihaknya mengalami rugi sekitar Rp 29,5 triliun. Nilai tukar rupiah melemah 20,7% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Lalu rupiah melemah 3,6% terhadap Yen.
Hal ini menyebabkan nilai utang PLN dan utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 terhadap transaksi dengan independent power producer (IPP) yang didominasi oleh pinjaman valas meningkat secara tajam.
Advertisement
"Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh peningkatan rugi selisih kurs atas penjabaran liabilitas moneter dalam mata uang asing yang bersifat non cash sebesar Rp 42,2 triliun dan peningkatan beban bunga sebesar Rp 5,5 triliun," ujar Nur.
Meski rugi, PLN mencatatkan pendapatan usaha naik 10,6% menjadi Rp 257,4 triliun pada 2013. Kenaikan pendapatan usaha ini berasal dari perpaduan antara kenaikan volume penjualan tenaga listrik dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) yang diberlakukan bertahap setiap triwulan mulai pemakaian Januari 2013.
Kenaikan volume penjualan diyakini sebagai akibat pertumbuhan ekonomi nasional yang berdampak pada penambahan 3,8 juta pelanggan baru.
Penambahan jumlah pelanggan ini merupakan upaya untuk memberikan kebutuhan listrik kepada masyarakat. Total pelanggan perseroan mencapai 54 juta hingga akhir tahun 2013.
Beban usaha perseroan pun naik tipis 8,8% menjadi Rp 220,9 triliun hingga 2013 dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 203,1 triliun.
Meski demikian, perseroan mampu melakukan kontrol terhadap biaya operasi. Biaya admistrasi dan umum yang merupakan kontrol biaya bagi perseroan hanya naik 5,7% dari Rp 5,2 triliun pada 2012 menjadi Rp 5,5 triliun pada 2013.
"Selebihnya dikontribusi oleh peningkatan konsumsi dan harga bahan bakar dan pelumas yang berada di luar kontrol perseroan," ujar Nur.
Laba usaha perseroan pun naik 23,5% atau sekitar Rp 7 triliun menjadi Rp 36,5 triliun pada 2013. Ebitda perseroan mengalami peningkatan sebesar 16,9% dari Rp 52,1 triliun pada 2012 menjadi Rp 60,9 triliun pada 2013.