Liputan6.com, London- Sebuah apartemen di London, Inggris laris terjual dengan harga hampir US$ 240 juta atau setara Rp 2,79 triliun pada pekan lalu. Ini merupakan rekor baru pembelian apartemen termahal di Inggris.
Dilansir dari CNN Money, Kamis (8/5/2014), apartemen dengan ketinggian 16 ribu kaki itu menghadap Hyde Park di pusat kota London. Pembeli apartemen itu, mungkin dari Rusia atau Ukraina, dilaporkan telah membayar sekitar 140 juta uero.
Pengembang properti CPC Group menolak untuk mengomentari harga jual atau identitas pembeli tetapi mengatakan nilai apartemen tersebut bisa meningkat menjadi 175 uero atau setara US$ 297 juta setelah selesai dibanguin dan dilengkapi furniture.
Advertisement
Transaksi itu menjadi sebuah peringatan bahwa pasar hunian di Inggris sedang dalam situasi genting. Harga rumah di London naik hampir 18% dibanding tahun lalu, menurut data pemerintah .
Para ekonom dan politisi memperingkatkan adanya bahaya gembung (bubble) di sektor properti Inggris. Pasar properti di London memiliki reputasi yang sangat baik sebagai tempat ideal bagi investor untuk memarkirkan uang mereka, didukung dengan rezim pajak stabil, pasokan yang ketat dan permintaan yang sehat .
Sebuah laporan baru oleh perusahaan real estate Savills and Deutsche Asset & Wealth Management memperkirakan para orang super kaya telah menginvestasikan US$ 676 miliar di pasar real estate London, atau empat kali lipat dari komitmen investasi di New York.
Kota ini diincar karena memiliki kultur budaya yang kuat, pusat bisnis yang berkembang, memiliki ruang hijau dan berada di zona waktu antara Asia dan AS
Booming perumahan di London telah dipicu tingkat suku bunga yang rendah, penguatan ekonomi Inggris dan insentif pemerintah yang sangat agresif. Program pembelian rumah yang dicanangkan pemerintah Inggris telah mendongkrat kredit pembelian rumah.
Kekhawatiran peminjaman uang yang lebih besar dari kemampuan mendorong para ahli memperingatkan peluang ledakan properti di London.
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperingatkan pemerintah Inggris untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan di pasar perumahan.
Bank Sentral Inggris saat ini dalam kondisi siaga tinggi. Beberapa ekonom menyarankan agar Bank Sentral mulai berpikir untuk menaikkan suku bunga acuan pad awal tahun ini. Namun, kebanyakan ekonom pesimis kenaikan suku bunga baru dilakukan pada 2015.
"Kenaikan harga akan meningkatkan munculnya bubble yang berbahaya, serta pertumbuhan utang di masa depan," kata ekonom di Bank Berenberg, Robert Wood.