Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS turun menjadi 2,1 persen dari sebelumnya 2,8 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 11 Jun 2014, 14:06 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2014, 14:06 WIB
Ukraina Makin Panas, Pasukan Dimobilisasi
Perpecahan di Ukraina nampaknya semakin dalam dan sejak sepekan terakhir sejumlah gedung pemerintahan di Ukraina Timur diduduki warga dan pasukan pro Rusia.

Liputan6.com, Washington - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Semula, Bank Dunia mentargetkan pertumbuhan ekonomi dunia di level 3,2 persen. Saat ini, proyeksi tersebut diturunkan menjadi 2,8 persen.

Alasan Bank Dunia menurunkan target pertumbuhan ekonomi tersebut setelah melihat bahwa pertumbuhan ekonomi di tiga negara besar yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia dan China tidak sesuai dengan ekspektasi awal.

Selain memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia, Bank Dunia juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara.

Untuk pertumbuhan ekonomi AS turun menjadi 2,1 persen dari sebelumnya 2,8 persen. Untuk Rusia, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya dari semula 2,2 persen menjadi 0,5 persen. Negara lain yang juga diturunkan proyeksinya adalah Brasil, India dan China.

Seperti ditulis oleh Bloomberg, Rabu (11/6/2014), selain karena penurunan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara besar tersebut, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia karena melihat bahwa krisis Ukraina akan berdampak besar kepada pasar keuangan global.

Kebijakan The Fed

Selama beberapa tahun kemarin, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara berkembang cukup baik terimbas kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral Amerika atau The Federel Reserve (The Fed) dengan menggelontorkan dana segar ke pasar dengan quantity easing.

Namun sejak akhir tahun kemarin hingga awal tahun ini, kebijakan tersebut mereka kurangi. pengurangan tersebut kemungkinan besar akan berimbas kepada negara berkembang dengan adanya capital outflow.

Menurut Bank Dunia, keluarnya dana-dana asing tersebut harus diantisipasi oleh negara berkembang sehingga nantinya tidak mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya