Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melepas surat utang/obligasi (bond) berdenominasi euro sebesar 1 miliar euro atau sekitar Rp 16,29 triliun ( asumsi Rp 16.293.99 per euro) untuk pertama kalinya. Surat utang euro ini ditawarkan seiring pemerintah memanfaatkan biaya pinjaman lebih rendah di Eropa.
"Semalam jam 11 waktu sini, pemerintah menerbitkan eurobond yang pertama," ujar Menteri Keuangan, Chatib Basri, saat menghadiri sidang paripurna, di gedung DPR, Jakarta, Kamis (3/7/2014).
Menurut Chatib, penerbitan surat utang itu banyak diminati investor. Bahkan penawaran obligasi ini mengalami kelebihan permintaan atau oversubcribed mencapai 6,7 miliar euro atau sekitar hampir 7 kali oversubcribed.
Advertisement
"Yang diterbitkan itu besarnya 1 billion euro, atau dalam dollar sebesar US$ 1,4 miliar. Yang luar biasa menurut saya permintaannya sampai 6,7 billion euro. Berarti hampir 7 kali oversubscribed," paparnya.
Chatib menambahkan, hal Ini menunjukkan kepercayaan terhadap Indonesia masih sangat tinggi. Dengan obligas euro harganya lebih bagus dan ini adalah straetgi yang dipilih pemerintah ketika yield dollar naik .
"Dan yieldnya bisa dapat 2,9, saya lupa. 2,9 berapa, itu jelas lebih rendah dibandingkan dengan kupon di dalam dollar. untuk jenis bond yang sama yang sekitar 4.0. Masuk kepada euro yang yield dari euronya ngalamin penurunan. Sehingga dengan begitu cost of borrowing, atau biaya pinjaman jadi lebih murah," paparnya.
Mengutip laman Bloomberg, pemerintah telah menunjuk Bank of America Corp, Citigroup Inc, dan Deutsche Bank untuk menjual obligasi euro.
Penjualan obligasi ini dilakukan untuk mengatasi defisit fiskal sebesar 2,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Selain itu, penjualan obligasi euro untuk mengurangi ketergantungan pada obligasi dolar seiring pemorongan stimulus Amerika Serikat (AS).
Adapun suku bunga yang ditawarkan memang rendah seiring bank sentral Eropa memangkas suku bunga acuannya ke rekor terendah 0,15 persen pada 5 Juni.
Pemerintah Indonesia menjual sekitar 24 persen dari obligasi euro kepada investor di Inggris. 19 persen untuk investor di Jerman dan Austria, 4 persen ke Swiss, 18 persen ke Amerika Serikat, 24 persen untuk Asia, dan sisanya ke negara Eropa lainnya.
Adapun penjualan surat utang dijual kepada aset manajemen sekitar 65 persen, 15 persen untuk pemberi pinjaman, 12 persen untuk bank sentral, dan 8 persen untuk asuransi dan dana pensiun.
"Indonesia berhasil membuka pasar baru. Indonesia mendapatkan yield yang relatif rendah dibandingkan dengan obligasi yang ada. Sementara investor Eropa mendapat tingkat yang menarik," kata Yudistira Slamet, Head of Fixed Income Research PT Danareksa Sekuritas. (Pew/Ahm)