Argentina Gagal Bayar Karena Kesalahan Sendiri

"Argentina memberikan banyak kebebasan untuk melakukan pinjaman sehingga tidak terkendali," kata Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Agu 2014, 09:00 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2014, 09:00 WIB
Ekonomi Argentina
Ekonomi Argentina

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menilai gagal bayar utang (default) yang dialami Argentina merupakan kesalahan dari negara itu sendiri karena dengan begitu gampang dan tidak terkontrol dalam melakukan pinjaman.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, kondisi ini berbeda dengan Indonesia yang dinilai cukup hati-hati dalam melakukan pinjaman utang ke luar negeri.

"Argentina begitu karena memberikan banyak kebebasan untuk melakukan pinjaman sehingga tidak terkendali. Kalau kita kan terkontrol, misalnya pemerintah daerah, mana boleh dia meminjam dari luar negeri, keluarkan bond dan lain-lain. Di Indonesia tidak bisa seperti itu. Itu bagus sehingga lebih terkontrol," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Jumat (8/8/2014).

Selain itu, Suryo menyatakan, kondisi ekonomi Argentina yang tidak stabil juga menjadi pemicu gagal bayar. Hal ini juga jauh berbeda dengan Indonesia yang menurutnya jauh lebih baik.

"Memang fundamental ekonomi mereka (Argentina) kurang bagus. Kalau kita cukup prudent, artinya rasio utang kita terhadap PDB (produk domestik bruto) kita masih relatif kecil sehingga ruang untuk meminjam juga sebenarnya masih besar. Jadi tidak perlu khawatir," lanjutnya.

Sedangkan ketergantungan terhadap investasi asing juga dianggapnya tidak menjadi masalah dan tidak akan membuat Indonesia mengalami hal sama dengan Argentina.

"Kalau investasi asing tidak hubungannya, karena para investor asing itu dinilai oleh bank-nya sendiri, sehingga tidak ada pengaruhnya. Kalau mereka bangkrut ya yang bangkrut perusahaannya," kata dia.

Meski demikian Indonesia tetap harus lebih berhati-hati dan melakukan langkah untuk terus bisa meningkatkan kemampuan ekspor guna meningkatkan devisa negara.

"Ekspor kita harus digenjot dan menekan impor dengan cara subsitusi impor. Apa yang bisa diproduksi didalam negeri maka kita produksi. Karena kalau impor terus mana mungkin kita bisa punya ekonomi yang kuat," tandasnya. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya