OJK Sebut Kondisi Industri Keuangan RI Baik pada September

Meski industri jasa keuangan berjalan baik, Deputi OJK, Lucky Hadibrata menuturkan, pemulihan ekonomi global terutama AS juga perlu diawasi.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Sep 2014, 17:10 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2014, 17:10 WIB
Ilustrasi OJK 2
Ilustrasi OJK

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan secara umum berada dalam kondisi yang baik.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB OJK, Lucky F.A Hadibrata mengatakan, hal tersebut merupakan kesimpulan Rapat Bulanan Dewan Komisioner OJK yang digelar rutin pada minggu kedua setiap bulan untuk mengevaluasi perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan.

"September ini dalam kondisi baik, baik untuk pasar modal, perbankan," ujar Lucky dalam konferensi pers di Kantor OJK, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2014).

Dia menjelaskan, secara global pemulihan ekonomi pada negara maju tetap berlanjut namun tidak merata, patut dicermati efek rambatan dari normalisasi kebijakan Amerika Serikat (AS) terhadap emerging market. "Pemulihan ekonomi global ini berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda," lanjutnya.

Menurut Lucky, indikator perekonomian di AS mengindikasikan penguatan pemulihan sementara di Eropa, Jepang sebaliknya termasuk China yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan.

Sementara itu, perbaikan indikator ketenagakerjaan di AS menimbulkan spekulasi percepatan kenaikan suku bunga yang kemungkinan akan dilaksanakan di semester I-2015.

Lucky juga mengungkapkan, perubahan  kebijakan ini mengandung implikasi rambatan berupa perilaku risk off investor dari emerging market berpotensi menimbulkan pembalikan arus modal di pasar keuangan emerging market termasuk Indonesia.

"Perlambatan ekonomi emerging market diproyeksikan masih berlanjut yang juga dapat menimbulkan efek rambatan dalam lingkup global," kata Lucky.

Dampak perlambatan perekonomian global juga akan mempengaruhi perekonomian domestik Indonesia, antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014 yang terjadi pada seluruh komponen pengeluaran.

"Konsumsi rumah tangga dan investasi masih bertumbuh meski melambat, sementara terjadi kontraksi pada konsumsi pemerintah, ekspor dan impor," tandas Deputi OJK ini.

Selain itu, defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 melebar, meskipun NPI surplus ditopang transaksi modal dan finansial, di satu sisi inflasi masih terjaga namun terdapat potensi tekanan tambahan. (Dny/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya