Liputan6.com, Jakarta - Jika sejumlah pihak menentang kenaikan harga elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram (Kg) baru-baru ini, namun tidak dengan pengusaha steak Holycow, Afit D Purwanto. Dia berusaha untuk memahami kondisi PT Pertamina (Persero) yang terpaksa menaikkan harga lantaran menanggung rugi.
"Saya bisa mengerti, karena harga gas dan bahan bakar minyak (BBM), listrik di Indonesia tidak ada apa-apanya dibanding negara lain, seperti Singapura," ungkap Afit saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Minggu (21/9/2014).
Pria berkepala plontos ini mengisahkan pengalamannya saat membuka outlet steak di Singapura. Ongkos produksi di negeri Singa itu jauh lebih tinggi daripada di Indonesia.
"Harga gas di Indonesia misalnya cuma Rp 5.000 tapi di Singapura bisa Rp 25 ribu per tabung. Jadi memang beda beberapa kali lipat sehingga cost overhead tinggi sebab kita masih menikmati subsidi dari pemerintah, sehingga memperoleh harga yang murah," tutur dia.
Meski demikian, Afit mengaku, kenaikan harga gas, BBM maupun tarif listrik sebesar berapapun akan berpengaruh terhadap biaya distribusi perusahaan walaupun jangka waktunya hanya sesaat sekitar 3 bulan.
"Tahun lalu, kami sudah menaikkan harga steak dua kali dan tahun ini sekali karena ada penyesuaian harga elpiji 12 kg. Kalau pengaruh kenaikan BBM subsidi kecil, tapi untuk elpiji sangat berefek karena langsung bersentuhan dengan dapur dengan harga bahan baku membengkak," jelasnya.
Dengan begitu, dia bilang, hanya ada dua cara untuk tetap bertahan menghadapi gempuran penyesuaian harga elpiji, BBM atau listrik. Pertama, efisiensi di biaya operasional dengan risiko menurunkan profit dan kedua, menaikkan harga produk.
"Menaikkan harga produk jadi jalan terakhir, apabila kami sudah tidak mampu berkalkulasi atau mentok. Tapi tentu tidak tergesa-gesa karena kami harus mengutamakan kepuasan dan memperhatikan daya beli konsumen. Makanya kami perlu review kenaikan harga elpiji baru-baru ini," terang Afit.
Dia berharap, agar pemerintah dapat mensosialisasikan setiap kebijakan agar pengusaha dapat berhitung dengan cermat jauh-jauh hari.
"Kalau mendadak kan bikin pusing, kami tidak bisa setting harga dan forecast ke depan. Kami juga tidak bisa naikkan harga sesukanya, karena bisa saja pelanggan kabur, penjualan menurun," pungkasnya. (Fik/Gdn)
Pengusaha Akui Biaya Produksi di RI Lebih Murah dari Singapura
Kenaikan harga gas, BBM maupun tarif listrik sebesar berapapun akan berpengaruh terhadap biaya distribusi perusahaan.
diperbarui 21 Sep 2014, 14:27 WIBDiterbitkan 21 Sep 2014, 14:27 WIB
PT Pertamina akan menaikkan harga gas elpiji 12 kg pada pertengahan Agustus 2014, dan akan terus dilakukan sampai mencapai harga keekonomian secara bertahap hingga 2016, Jakarta, Rabu (13/8/2014) (Liputan6.com/Miftahul Hayat)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 Jawa Tengah - DIYAsam Urat Tinggi? Coba Aneka Jus Ini
3 4 Jawa Tengah - DIYInilah 5 Makanan di Sekitar Kita yang Bisa Turunkan Kolesterol
5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Antisipasi Hujan Ekstrem dan Gelombang Tinggi, BPBD Cianjur Awasi Ketat Pantai Selatan
KRL Angkut 328 Penumpang Sepanjang 2024
Apes Ganda Real Madrid saat Dikalahkan Espanyol, Pemain Kunci Cedera
Uhm Ji Won Puji Putra Son Ye Jin dan Hyun Bin: Sangat Tampan dan Menggemaskan
Tips Makeup Awet & Anti Luntur ala Ijfina Amalia, Konten Kreator YouTube Shopping Affiliates & Shopee
VIDEO: Gas Elpiji 3 Kg Langka, Operasi Pasar di Toraja Utara Langsung Diserbu Warga
Resmi Jadi Pemain Manchester United, Ini Komentar Patrick Dorgu
Tulang Punggung Ekonomi RI, Menko Airlangga Puji Upaya BRI Berdayakan UMKM
Mobil Ini Terbengkalai di Parkiran selama 1 Tahun, Biaya Parkir Mencapai Rp3,3 Miliar
Indonesia Dikepung 3 Bibit Siklon Aktif, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Ajak Alex Pastoor, Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert Pantau Laga Persija Jakarta vs PSBS Biak
Gempa Hari Ini Minggu 2 Februari 2025 di Indonesia, Menggetarkan Dua Wilayah di Sultra dan Maluku