Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi ekonomi Indonesia. Diketahui, Indonesia mengalami deflasi sebesar -0,76 persen pada Januari 2025.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, tarif listrik jadi kontributor utama deflasi imbas adanya kebijakan diskon sebesar 50 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Komoditas tarif listrik yang menjadi penyumbang utama deflasi pada Januari 2025," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/2/2025).
Advertisement
Dia menerangkan, tarif listrik mengalami deflasi sebesar 32,03 persen pada Januari 2025. Angka ini memberikan andil deflasi sebesar 1,47 persen.
"Pada Januari 2025 tarif listrik ini mengalami deflasi sebesar 32,03 persen dan andil deflasinya 1,47 persen," ungkapnya.
Besarnya angka deflasi tersebut dipengaruhi oleh adanya kebijakan diskon tarif listrik yang ditetapkan pemerintah untuk Januari 2025.
"Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya karena deflasi ini terjadi akibat adanya diskon 50 persen bagi pelanggan dengan daya listrik sampai dengan 2.200 VA di Januari 2025," terangnya.
Dia mengatakan, perubahan tarif listrik pernah terjadi juga pada Juli-Agustus 2022 lalu. Kala itu, ada penyesuaian tarif tenaga listrik pada kuartal III-2022. Alhasil, perubahan itu berpengaruh pada tingkat inflasi Juli dan Agustus 2022.
"Diskon itu dicatat dalam perhitungan inflasi jika kualitas barang atau jasa sama dengan kondisi normal kemudian harga diskon bisa didapatkan atau tersedia untuk banyak orang. Dengan demikian diskon tarif listrik sebesar 50 persen juga tercatat dalam penghitungan inflasi yang dilakukan oleh BPS yang kami umumkan hari ini," jelas Amalia.
Ekonomi RI Deflasi 0,76 Persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi pada Januari 2025 ini. Deflasi secara bulanan (month to month) terjadi sebesar -0,76 persen dibandingkan dengan Desember 2024 lalu.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan kondisi deflasi tersebut. Angka deflasi bulanan ini juga serupa dengan hitungan tahun kalender atau year to date (ytd).
"Pada Januari 2025, secara bulanan atau mtm dan tahun kalender, year to date terjadi deflasi sebesar 0,76 persen atau terjadi penurunan Indeks harga konsumen dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025," ungkap Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/2/2025).
Namun, Amalia bilang, jika dilihat secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 0,76 persen dari Januari 2024 lalu.
Dia menjelaskan, deflasi pada Januari 2025 ini merupakan deflasi pertama di tahun 2025. Ini juga mengikuti catatan deflasi terakhir pada September 2024 lalu.
"Deflasi bulanan pada Januari 2025 ini merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi di September 2024," ungkapnya.
Adapun, kelompok penyumbang deflasi terbesar adalah dari kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok tersebut mencatatkan deflasi sebesar -9,16 persen dan ini memberikan andil deflasi sebesar -1,44 persen.
"Komoditas yang dominan menjadi pendorong deflasi kelompok ini adalah tarif listrik yang andilnya terhadap deflasi sebesar 1,47 persen," terangnya.
Advertisement
Komoditas Lain
Kemudian, komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi adalah tomat dengan deflasi sebesar 0,03 persen. Lalu, ada ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara dengan andil deflasi masing-masing 0,01 persen.
"Namun demikian ada komoditas yang memberikan andil inflasi, antara lain cabai merah dan cabai rawit yang andil inflasinya masing-masing adalah sebesar 0,19 persen dan 0,17 persen," bebernya.
Ikan segar, minyak goreng, dan bensin juga dicatat sebagai pemberi andil inflasi dengan besaran masing-masing 0,03 persen.