Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tertekan hingga tembus Rp 12.400 menjelang akhir pekan lalu. Dengan kondisi tersebut memicu kekhawatiran bahwa Indonesia akan pontang panting menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan.
Pengamat Valas, Farial Anwar memproyeksikan tren pelemahan kurs rupiah masih akan terjadi hingga akhir tahun ini mengingat peluang penguatan sangat kecil. Dia memprediksi, kurs rupiah di akhir 2014 bergerak di kisaran Rp 12.250-Rp 12.400 per dolar AS.
"Tren pelemahan masih berlangsung sampai akhir 2014, karena siapa yang mau lepas dolar AS di saat nilainya yang tinggi, sementara permintaan (dolar) meningkat karena impor barang," tegas dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Senin (15/12/2014).
Menurut Farial, pelemahan nilai tukar rupiah dapat menjadi masalah bagi Indonesia saat memasuki MEA 2015. Pasalnya, lanjut dia, negara ini akan mendapat serbuan barang-barang impor dari negara tetangga. Sedangkan volume maupun nilai ekspor Indonesia masih stagnan.
"Kita akan semakin pontang panting saat masuk era MEA. Kurs kita bisa semakin bermasalah, karena impor pasti lebih besar, sementara ekspor nggak meningkat. Jadi saya nggak terlampau optimistis dengan kurs kita di tahun depan," terangnya.
Terkait pendapat barang produksi Indonesia akan semakin kompetitif apabila rupiah melemah, Farial membantah. Dia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap tingkat bunga perbankan akibat penyesuaian suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).
"Kalau BI Rate naik, bagaimana kita bisa kompetitif. Dari sisi pendanaan saja, tingkat bunga kita paling mahal di antara negara ASEAN lain. Suku bunga acuan Singapura 0,19 persen, dan Thailand, Filiphina, Korea jauh di bawah kita," tegas dia.
Lebih jauh Farial menambahkan, pergantian pemerintahan pun tak sanggup mengangkat rupiah ke level yang lebih baik. Hal itu terjadi karena regulator dan pemerintah menganggap kondisi ini normal. Menurutnya, perbaikan kurs rupiah justru sangat penting supaya tidak mengganggu perekonomian Indonesia.
"Caranya implementasikan penggunaan transaksi rupiah di Indonesia, ada aturan tegas supaya eksportir memarkir devisanya di sini, bukan di Singapura, dan sebagainya," saran dia. (Fik/Ndw)
Rupiah Jeblok, RI Bakal Jungkir Balik Hadapi Pasar Bebas ASEAN
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin tertekan hingga tembus Rp 12.400 menjelang akhir pekan lalu.
diperbarui 15 Des 2014, 07:40 WIBDiterbitkan 15 Des 2014, 07:40 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Ada HUT ke-79 TNI di Monas Hari Ini Sabtu 5 Oktober, Arus Lalu Lintas Dialihkan
Ketahuilah, Ini Tipe Karyawan yang Dihindari Banyak Bos di Kantor!
Menikmati Akhir Pekan di Taman Wisata Gunung Pancar, Wisata Alam Menarik di Bogor
Hal-Hal Mengerikan yang Akan Terjadi Jika Bumi Memiliki Dua Bulan
DJ Cantik Tantang Gus Iqdam di Rutinan Sabilu Taubah, Ngaku Janda Buntutnya Minta Hal Tak Terduga
Debat Pilkada Jakarta, Pramono Tegaskan Tidak Akan Serang Personal
Tangis Pecah PJ Wali Kota Tangerang Sesaat Memantau Belasan Anak Asuh Diduga Korban Pelecehan
Keunikan Badak Jawa, Salah Satu Spesies Langka Indonesia yang Dilindungi
Pro Kontra Praktik Jual Beli Sampah Eropa ke Negara-negara Asia Tenggara
Sukses Jadikan UMKM Naik Kelas, Ansar Ahmad Lanjutkan Strategi Lejitkan Ekonomi Kepri
Ada Perempuan Curhat tentang Suaminya, Harus Bagaimana? Simak Nasihat Ustadz Das'ad Latif
Wapres Ma'ruf: Kita Boleh Mengakhiri Jabatan, tapi Tidak Boleh Akhiri Pengabdian