Rupiah Amblas, Investasi di RI Masih Seksi

Dibanding dengan nilai tukar rupiah, para investor lebih mempertimbangkan masalah masalah perizinan dan ketersediaan lahan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Des 2014, 13:57 WIB
Diterbitkan 15 Des 2014, 13:57 WIB
Ilustrasi Investasi
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengklaim pelemahan nilai tukar rupiah hingga menembus Rp 12.600 per dolar Amerika Serikat (AS) belum berpengaruh terhadap minat investasi di Indonesia. Guyuran modal diprediksi akan terus mengalir deras ke sektor infrastruktur meski nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan terus tertekan hingga tahun depan.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan, kondisi nilai tukar rupiah hanya menjadi sebagian kecil pertimbangan bagi para investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia.

"Tidak mempengaruhi dari sisi minat dan kalaupun ada pengaruhnya cuma minor.  Kami sekarang lebih mengejar realisasi investasi, karena minat investasi yang datang masih sangat tinggi," tutur dia kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Senin (15/12/2014).

Menurut Franky, dibanding dengan nilai tukar rupiah, para investor lebih mempertimbangkan masalah masalah perizinan dan ketersediaan lahan saat membenamkan modal di Tanah Air.

Oleh karena itu, Muai tahun depan seluruh Kementerian sepakat untuk memangkas, memudahkan dan menyederhanakan proses perizinan investasi dalam sebuat Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Nasional.

Sementara untuk solusi masalah tanah, Franky menyebut sudah ada komitmen dari Menteri Agraria dan Tata Ruang supaya membenahi persoalan tersebut.

"Investor melihat pemerintahan baru memberikan harapan baru. Apalagi beberapa konsen pemerintah terkait PTSP, perizinan tanah, dan lain-lain benar-benar diperbaiki," lanjutnya.

Ke depan sesuai dengan program Presiden Joko Widodo yang akan menggenjot sektor infrastruktur, tambah dia, investor sangat tertarik untuk investasi di bidang usaha tersebut.

"Investasi di sektor infrastruktur masih menjadi primadona, apalagi setelah Pak Jokowi menyampaikannya pada acara APEC, di China lalu, minatnya sangat banyak di bidang tersebut. Tapi untuk beberapa sektor manufaktur di dalam negeri, minat perluasan investasi ada," ucap Franky.

Dia mengaku, Indonesia mempunyai prospek investasi yang menggairahkan penanam modal asing maupun dalam negeri. Sektor lain yang sangat menjanjikan, sebutnya, di sektor pelabuhan, pembangkit listrik, dan lainnya. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya