Dibobol Hacker, Uang Nasabah di 3 Bank Terkuras Rp 130 Miliar

Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri mendapat laporan dari 3 bank besar di Indonesia terkait pembobolan uang nasabahnya.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 14 Apr 2015, 13:56 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2015, 13:56 WIB
Hacker
(ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Hati-hati bagi anda yang menggunakan e-banking. Bukan tidak mungkin Anda menjadi korban penipuan transaksi elektronik itu. Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Viktor Simanjuntak mengungkapkan, pihaknya mendapat laporan dari tiga bank besar di Indonesia terkait pembobolan uang nasabahnya.

Penipuan dan pembobolan uang diduga dilakukan hacker dengan menggunakan malware (Malicius Software). Malware yaitu software yang dibuat, digunakan untuk membobol rekening bank atau menjebol data oleh hacker.

Viktor menuturkan, pelaku menggunakan malware ini untuk mengalihkan nasabah bank yang mengakses laman perbankan elektronik atau e-banking ke laman palsu milik hacker. Selama Maret 2015, sekitar 300 nasabah menjadi korban dengan total kerugian mencapai 130 miliar.

"Laman palsu ini sama persis seperti laman bank resmi. Ada bank yang ganti rugi (kepada nasabah), ada yang tidak," kata Viktor di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (14/4/2015).

Sampai kini, polisi belum bisa menangkap pelaku lantaran pelakunya adalah Warga Negara Asing (WNA). "Pelaku penyebar malware berasal dari Ukraina," ungkapnya.

Meski berasal dari Ukraina, Viktor belum bisa memastikan kewarganegaraan sang pelaku. Namun, berdasarkan keterangan para kurir, pelaku berkulit putih.

Adapun modusnya, Viktor menjelaskan, di laman palsu, data yang dimasukkan nasabah ditampung server pelaku dan dimodifikasi untuk kemudian dikirimkan ke bank. Tapi jumlah uang dan tujuan rekening diubah.

Pelaku, lanjut Victor, bekerjasama dengan WNI yang berperan kurir. Tugasnya hanya menyediakan nomor rekening. Saat ada korban yang mentransfer sejumlah uang melalui e-banking, pelaku mengalihkan nomor rek tujuan ke nomor rekening kurir tanpa diketahui korban. Dari rekening kurir uang dikirim ke Ukraina lewat Western Union dan Moneygram.

"Kurir mendapat 10 persen dari jumlah transfer. Kurir ini tidak tahu kalau mereka melakukan kejahatan. Dia mengira telah melakukan kesepakatan bisnis dengan pelaku," bebernya.

Ada 50 kurir yang terdeteksi dan 6 kurir sudah diperiksa polisi. Dari pemeriksaan sementara, pelaku yang warga asing merekrut kurir dengan dalih tidak bisa membuka rekening di Indonesia.

Terakhir Victor menerangkan, ada tiga penyebab nasabah jadi korban malware tersebut. Pertama, nasabah belum terlalu paham e-banking dan kedua melanggar perintah yang ditentukan.

Dan yang ketiga nasabah men-download program bajakan yang bukan merupakan software dari bank terkait. Karena itu, dia menghimbau agar nasabah memahami penggunaan e-banking serta mematuhi aturan yang sudah ditentukan. Viktor juga mengingatkan pelaku diduga masih melancarkan aksinya.

"Dia masih ada di luar sana dan saya yakin hingga saat ini penipuan masih berlangsung. Kami imbau masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak yang asli," tutupnya. (Harun/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya