Pendapatan Usaha PLN Turun 9,8%

Jumlah pelanggan yang dilayani PLN pada akhir Semester I 2015 mencapai 59,5 juta pelanggan atau naik 6,82 persen.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Jul 2015, 16:19 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 16:19 WIB
20150729-Listrik PLN
Listrik PLN. (Agus Trimukti/Humas PLN)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat total pendapatan usaha pada Semester I 2015 sebesar Rp 132,54 triliun, lebih rendah Rp 14,5 triliun atau turun 9,8 persen dibandingkan dengan Semester I 2014 yang tercatat Rp147,01 triliun.

Sekretaris Perusahaan PLN, Adi Supriono mengatakan, meski secara total pendapatan mengalami penurunan, namun pendapatan penjualan tenaga listrik PLN pada Semester I 2015 mengalami kenaikan Rp 15,5 triliun atau 18,1 persen menjadi Rp 101,3 triliun, dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 85,7 triliun.

Pertumbuhan pendapatan tersebut disebabkan oleh kenaikan volume penjualan kilo Watt hour (kWh) semester I 2015 sebesar 99,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,8 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 97,6 TWh. "Serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 878,44 per KWh menjadi Rp 1.018,87 per KWh," kata Adi, di Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Adi mengungkapkan, jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir Semester I 2015 mencapai 59,5 juta pelanggan atau naik 6,82 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 55,7 juta pelanggan.

"Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 80,1 persen pada Juni 2014 menjadi 84,0 persen pada Juni 2015," tuturnya.

Meski pelanggan mengalami peningkatan, beban usaha PLN turun Rp 10,4 triliun atau 8,8 persen menjadi Rp 107,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 118,2 triliun.

Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan penggunaan batu bara atau energi primer lain yang lebih murah, serta turunnya harga komoditas energi primer.

Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM yaitu sebesar Rp 19,4 triliun atau 50,5 persen sehingga pada Semester I 2015 menjadi Rp 18,8 trilliun dari sebelumnya Rp 37,9 trilliun.

Biaya pemakaian batu bara naik sebesar Rp 2,1 triliun atau 10,2 persen sehingga menjadi Rp 22,4 triliun, dan biaya pemakaian gas naik dari Rp 22,7 trilliun menjadi Rp 23,2 trilliun. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya