Menteri PPN Ungkap Penyebab Jatuhnya Industri Nasional

Menteri PPN Sofyan Djalil menilai ada kebijakan yang tidak tepat sehingga sektor industri di Indonesia tidak berkembang.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Agu 2015, 12:53 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2015, 12:53 WIB
Sofyan Djalil
Sofyan Djalil (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menilai ada kebijakan yang tidak tepat sehingga sektor industri di Indonesia tidak berkembang. Hal itu disampaikan Menteri PPN/Bappenas Sofyan Djalil saat membuka acara bertajuk Bappenas International Conference on Best Development Practices and Policies.

"Industri ada kekeliruan policy, Pada zaman Pak Harto kontribusi sektor industri manufaktur sekitar 28 persen GDP. Hari ini 23 persen ketika negara lain mengarah manufaktur," kata dia di Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Dia menuding, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah karena pemerintah terlena dengan lonjakan harga komoditas. Hal itu juga ditambah nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap rupiah.

"Sehingga akhirnya tidak perhatikan kapan naiknya harga batu bara, CPO, nikel sehingga kita enjoy waktu itu Rp 9.000 per dolar AS," tambahnya.

Padahal, dengan dolar yang perkasa membuat sektor industri tidak berkembang karena terus memanfaatkan komoditas.

"Kesalahannya dari booming sumber daya alam beberapa waktu lalu, booming harga komoditas," tuturnya.

Maka, dari itu dia menuturkan kebijakan yang tepat. Apalagi, ke depan Indonesia menghadapi tantangan adanya perdagangan bebas.

Terlebih dari China, dengan adanya kenaikan upah buruh. Alhasil, para pekerjanya pun mencari tempat lain seperti halnya di Indonesia.

"Dengan naiknya ongkos buruh banyak, secara teori labaour intensive mahal China banyak pindah ke Indonesia. Bagaimana siapkan industri, ongkos industri dikurangi dengan integrasi," tukasnya. (Dny/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya