Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) belum merilis angka kemiskinan. BPS beralasan, belum munculnya angka kemiskinan karena adanya penambahan jumlah sampel.
Kepala BPS, Suryamin mengatakan, sampel angka kemiskinan saat ini jauh lebih besar dari sebelumnya. Dia bilang, sampel yang dilibatkan dalam perhitungan angka kemiskinan mencapai 300 ribu orang.
"Karena adanya memperbanyak sampelnya menjadi 4 kali lipat dari biasanya. Yang biasanya 75 ribu rumah tangga sekarang menjadi 300 ribu rumah tangga. Jadi kalau tadinya mengerjakan sebulan, ya empat bulan sekarang begitu," kata dia di Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Suryamin menambahkan, tujuan pelebaran sampel ini supaya keterwakilan untuk angka kemiskinan semakin akurat. Biasanya, angka kemiskinan hanya diambil dari provinsi, kini masuk ke kabupaten kota.
"Tujuannya untuk membuat gambaran sampai ke tingkat kabupaten kota. Jadi keterwakilan sampelnya itu sampai ke tingkat kabupaten kota. Waktu 75 ribu itu nasional dan provinsi," jelasnya.
Dia menegaskan, belum rilisnya angka kemiskinan tidak ada motif kepentingan lain. Untuk angka kemiskinan ini, dia mengatakan akan merilis pada awal atau pertengahan September.
"Sekarang benar-benar siang-malam. Targetnya September bisa awal atau pertengah. Karena kita rilisnya tanggal 1, 5, 15," tandas dia.
Sebelumnya Ekonom Indef Fadhli Hasan memperkirakan tingkat kemiskinan meningkat dari 10,96 menjadi 11,5 persen pada periode Maret 2014-Maret 2015. Hal itu berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan metode hampir sama dengan BPS.
"Karena itu kami melakukan perhitungan sendiri apakah betul angka kemiskinan meningkat atau tidak, berdasarkan perkiraan kita menggunakan metode yang hampir mirip dengan BPS meningkat," kata Fadhli kemarin.
Fadhil menambahkan, pada periode tersebut pengangguran juga meningkat dari 7 persen menjadi 7,5 persen. "Upah buruh tani, upah buruh industri mengalami penurunan 3,5 persen triwulan ke triwulan," tutur Fadhil.
Tingkat kesenjangan antara golongan kaya dengan golongan miskin (gini rasio) pun semakin melebar pada 2015. Fadhil mengungkapkan, ketimpangan tersebut meningkat dari 0,41 persen menjadi 0,42 persen.
"Kami juga duga telah terjadi juga peningkatan ketimpangan dari 0,41 jadi 0,42 itu beberapa indikator tingkat kesejahteraan yang kita estimasi dan dikatakan memburuk dalam satu tahun," tandas dia. (Amd/Gdn)
Ini Alasan BPS Belum Keluarkan Angka Kemiskinan
Ekonom Indef Fadhli Hasan memperkirakan tingkat kemiskinan meningkat dari 10,96 menjadi 11,5 persen.
diperbarui 25 Agu 2015, 15:21 WIBDiterbitkan 25 Agu 2015, 15:21 WIB
Sejumlah siswa siswi SD melintas di rel kereta di kawasan Kampung bandan, Jakarta, Selasa (28/7/2015). Pemprov DKI Jakarta berencana menata sekitar Stasiun dengan membangun rumah susun yang memanfaatkan lahan milik PT KAI. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Live dan Produksi VOD
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cukup 2 Lembar Daun, Ini Trik Bikin Nasi Pulen dan Tidak Cepat Basi di Rice Cooker
Arti Pansos: Fenomena Sosial Media yang Perlu Dipahami
Viral Pegawai Honorer Kena PHK Imbas Efisiensi Anggaran, Ini Kata DPR
Apa Itu FotoYu? Marketplace Foto Berbasis AI yang Ngetren di Kalangan Pelari
Apa Itu Klitih? Fenomena Kekerasan Jalanan yang Meresahkan
Apa Itu Kode Referral? Panduan Lengkap Fungsi dan Cara Kerjanya
Apa Itu Kolonialisme? Begini Sejarah, Dampak, dan Perkembangannya
Prabowo: Gaza Sudah Cukup Menderita, Saatnya Bangun Kembali Rumah dan Sekolah
IMF Buka-bukaan soal Dampak Tarif Impor AS ke Ekonomi Global
Poco-Poco, Tarian Maluku Populer Enerjik dan Mudah Diikuti
Bantuan UMKM Dijadikan Bahan Hoaks, Simak Daftarnya
Arsenal Pagari William Saliba dari Ketertarikan Real Madrid