Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar beberapa mata uang seperti China dan Malaysia menimbulkan kekhawatiran bakal terjadi serbuan barang impor kedua negara tersebut masuk ke Indonesia. Sebab, harga produk dari China dan Malaysia akan semakin murah dan memiliki daya saing di pasar global.
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo, Indonesia hanya perlu mewaspadai impor dari China, bukan Malaysia.
"Waspadai impor dari China, kalau Malaysia tidak terlalu mengganggu. Karena kita punya harga dan kualitas yang tidak kalah bersaing dari Malaysia," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (2/9/2015).
BPS sebelumnya mengimbau agar Indonesia mewaspadai sebuan barang konsumtif asal China seperti ponsel, laptop, mainan anak-anak dan sebagainya. Alasannya, dengan depresiasi yuan, harga produk-produk tersebut semakin murah dan kian membanjiri pasar dalam negeri.
Dari catatan BPS, nilai impor non migas Indonesia ke China mencapai 24,04 persen sepanjang Januari-Juli 2015. Nilainya mencapai US$ 16,5 miliar pada periode tersebut. Angka ini menurun dari realisasi periode yang sama sebelumnya sebesar US$ 17,3 miliar.
Sasmito menyarankan agar pemerintah memacu kinerja ekspor ke China mengingat ada peluang besar untuk memasukkan produk-produk unik asal lokal ke pasar Negeri Tirai Bambu. Indonesia, katanya, bisa memanfaatkan jumlah penduduknya yang besar, banyak taipan atau masyarakat kelas atas.
"Saya baru pulang dari China, peluang pasar di sana besar. Simpel saja, ekspor perhiasan batu akik karena di China masih bersifat tradisional perhiasannya. Barang-barang kita unik, orang kaya di sana banyak, jumlah penduduk 1,4 miliar, tinggal penetrasi saja," jelas dia.
Menurutnya, konsumsi masyarakat China sangat besar. Sebut saja konsumsi baja yang mencapai 30 persen-40 persen dari total konsumsi di dunia. Pemerintah, kata Sasmito, perlu mendorong pemasaran merek-merek produk unik lokal yang berpotensi mendunia.
"China itu lahap, apa saja dikonsumsi. Kita kan punya banyak pengusaha keturunan Tionghoa dan partner-partner dagang di China, manfaatkan jaringannya untuk membuka akses pasar di sana," terang Sasmito.(Fik/Ndw)
BPS: Waspadai Impor China, Bukan Malaysia
Indonesia hanya perlu mewaspadai impor dari China, bukan Malaysia, kenapa?
Diperbarui 02 Sep 2015, 08:01 WIBDiterbitkan 02 Sep 2015, 08:01 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Polisi Masih Telusuri Keberadaan Sudiksha Konanki, Mahasiswi yang Hilang Secara Misterius di Rep Dominika
Cara Agar Tidak Bau Mulut: Panduan Lengkap Mengatasi Halitosis
Jangan Khawatir, Ini 5 Tips Mengatasi Kepanikan Tak Biasa Saat Naik Pesawat
Mudik Lebaran 2025, 37 Bandara di Bawah InJourney Bakal Beroperasi 24 Jam Selama 21 Maret─11 April 2025
Keutamaan Puasa Hari ke-18 Ramadan, Lengkap dengan Bacaan Doanya
Infografis Pemerintah dan DPR Kebut Bahas Revisi UU TNI
Beras Bulog Berkutu, Bapanas: Tak Boleh Distribusikan yang Tak Layak
Jadwal Sholat Cikarang Hari Ini & Maret 2025, Simak Keutamaannya
Regenerasi Tembok Pertahanan Anfield, Liverpool Temukan Suksesor Virgil van Dijk di Rival Domestik
Fakta Menarik tentang Telapak Kaki Gajah, Keseimbangan dan Keunikan Struktur
Doa Razman Arif Nasution untuk Nikita Mirzani yang Ultah ke 39, Akui Tak Kecewa Meski Gagal Bertemu
Chord Beritahu Aku Cara Melupakanmu: Panduan Lengkap Memainkan Lagu Serana