Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Jokowi-JK mencanangkan pembangunan pembangkit listrik ‎dengan total kapasitas 35 ribu megawatt (MW). Banyak yang meragukan proyek tersebut dapat dicapai sesuai target pemerintah, yaitu selama lima tahun. Namun, Presiden Jokowi menegaskan kalau proyek listrik itu sangat realistis dan mampu dicapai oleh pemerintah sesuai target waktu.
"Ini bukan proyek ambisius. Ini realistis," tegas Jokowi‎ dalam wawancara khusus 'Setahun Jokowi-JK' bersama Liputan6.com dan Liputan 6 SCTV di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat 16 Oktober 2015. ‎‎
Menurut Jokowi, untuk mewujudkan program kelistrikan yang ditargetkan rampung dalam lima tahun tersebut tidak mudah, namun bisa dilakukan. Ia pun menilai program itu dapat menjawab permasalahan yang dialami warga di pedalaman yang kini belum mendapatkan aliran listrik. ‎
Advertisement
"Saya tiap ke daerah selalu dikeluhkan byarpet di pedesaan, di kota, di kabupaten juga sama. Makanya itu kita kejar. Tinggal selanjutnya tugas menteri gimana 35 ribu itu bisa diselesaikan," ujar Jokowi.
Selain itu, kata Jokowi, tingkat konsumsi listrik ‎per kapita Indonesia hanya 0,8 mwh atau lebih kecil dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Jika dibandingkan dengan Malaysia yang konsumsi listriknya mencapai 4,4 mwh masih sangat jauh. Karena itu, untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara tetangga, program listrik 35 ribu MW tidak bisa ditawar lagi. ‎‎
"Memang kebutuhan kita 35 ribu MW. Gimana tidak, konsumsi listrik perkapita kita itu hanya sepertiganya Malaysia, seperdua puluh. Kalau angka 35 ribu masih nawar. Kalau seperti itu faktanya, kita mau apa," kata Jokowi.
Sebelumnya, rasa pesimis terhadap proyek itu disampaikan oleh Menteri Rizal Ramli. Pada masa awal jabatannya sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal menyebut proyek listrik 35 ribu MW sebagai proyek yang ambisius dan tidak realistis. (Nil/Sun)