Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan industri kemasan dalam negeri diperkirakan masih akan stagnan sampai akhir tahun ini. Masalah kondisi ekonomi global dan nilai tukar rupiah yang belum membaik menjadi penyebab industri ini sulit tumbuh pesat.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia, Henky Wibawa mengatakan, dalam dua tahun terakhir pertumbuhan industri kemasan mengalami penurunan jika dibandingkan lima tahun lalu.
"Industri kemasan dari tahun ke tahun terus tumbuh. Lima tahun sebelumnya tiap tahun tumbuh 9 persen sampai 10 persen. Tetapi dua tahun terakhir melemah, cuma 6 persen hingga 7 persen. Tapi tetap tumbuh positif," ujarnya di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
Dia mengungkapkan, penyebab dari melemahnya pertumbuhan industri kemasan pada tahun ini karena berbagai macam faktor seperti kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, nilai tukar rupiah yang masih terus melemah serta daya beli masyarakat yang rendah.
Baca Juga
"Penyebabnya macam-macam, ada global ekonomi, yang paling besar karena impor masalahnya kurs yang tidak menentu. Kalau pas oke, kalau naik. Tapi kalau turun ancur kita karena kami punya keuntungan tidak besar," lanjutnya.
Henky menjelaskan, secara keseluruhan, omzet dari industri kemasan mampu mencapai Rp 80 triliun per tahun. Dari jumlah tersebut, mayoritas disumbang dari kemasan plastik.
"Industri kemasan secara keseluruhan Rp 75 triliun sampai Rp 80 triliun per tahun. Industri yang memakai plastik masih terbesar 63 persen. Selebihnya itu seperti karton, gelas, kaleng," lanjutnya.
Pada tahun ini, investasi pada industri kemasan juga mengalami kelesuan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya pembelian alat-alat permesinan oleh industri baik yang sudah ada maupun industri baru. Namun pada tahun depan diharapkan investasinya kembali menggeliat.
"Kemarin dalam dua tahun ini semuanya tiarap, tapi tetap masuk (investasi). Tahun ini masih tiarap, tapi kita harapkan di 2016. Karena market di Indonesia, penduduk sekian besar market tumbuh, ekonomi kelas menengah juga tumbuh, semuanya membutuhkan itu semua," jelasnya.
Melihat kondisi ini, pemerintah diharapkan segera turun tangan dengan memberikan beragam insentif bagi industri kemasan. Terlebih lagi, Indonesia sebentar lagi akan dihadapkan pada pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Itu masih menjadi masalah kita untuk bersaing, tahun depan kan kita masuk MEA. Itu semua harus di benahi harus harmonis, kalau tidak kita kalah semua," tandasnya. (Dny/Gdn)