Eksportir Pesimistis Buah dan Sayur RI Bisa Bersaing Saat MEA

Produk sayur dan buah Indonesia lemah karena kurangnya infrastruktur di dalam negeri.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Des 2015, 21:05 WIB
Diterbitkan 04 Des 2015, 21:05 WIB
Ilustrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (Foto: BNSP)
Ilustrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (Foto: BNSP)

Liputan6.com, Jakarta - Produk buah dan sayuran Indonesia tampaknya masih sulit untuk bisa bersaing dengan produk sejenis dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara saat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun depan.

Ketua Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia Hasan Johnny Widjaja mencontohkan, dulu Indonesia mampu memenuhi pasar buah dan sayuran Singapura sebesar 30 persen. Namun, saat ini Indonesia hanya berkontribusi tidak lebih dari 5 persen.

"Sekitar tahun 1980 Singapura depend (tergantung) ke kita 30 persen, sekarang tinggal 4 persen. Saingan terberat kita dari Malaysia. Singapura terima dari Malaysia 48 persen, dari China 28 persen," ujar dia di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (4/12/2015).

Hasan menjelaskan, yang membuat produk sayur dan buah Indonesia lemah yaitu kurangnya infrastruktur di dalam negeri. Bahkan Batam yang masih bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lebih memilih untuk memasok produk sayur dan buahnya dari Malaysia dan Singapura ketimbang dari Jawa.

"Infrastruktur yang buat kita lemah. Kalau kita lihat, Batam saja lebih baik mereka ngambil dari Singapura atau Malaysia dari pada Jawa. Karena transportasi ke Batam lebih mahal," kata dia.

Melihat fakta-fakta tersebut, Hasan pesimistis produk buah dan sayuran asal Indonesia bisa bersaing dengan produk dari negera lain.

"(Menghadapi MEA) Indonesia berat sekali kalau kita lihat, karena infrastruktur dan pengetahuan dari petani. Misalnya pengetahuan pasca panennya saja kita sangat kurang. Sehingga produk-produk kita banyak yang kurang baik (dari sisi kualitas)," tegas Hasan.

Untuk dapat mengatasi ketertinggalan ini, lanjut Hasan, pemerintah harus segera memberikan solusi bagi sektor pertanian dan perkebunan agar bisa menembus pasar ekspor.

Sebagai contoh, pemerintah harus menyediakan kawasan khusus untuk budidaya produk buah dan sayur unggulan Indonesia. Dengan demikian, baik kualitas maupun volume yang dihasilkan bisa memenuhi standar tujuan ekspor.

"Kita butuh kawasan, kita tidak punya kawasan cukup besar. Seperti durian yang sebenarnya banyak yang bagus tapi kita tidak punya kawasan. Kita punya durian petruk yang bagus tapi sekarang mau nyari di mana? Karena dengan limitnya kawasan ini begitu transportasi datang yang belum layak pun diangkut sehingga kualitas buah kita tidak baik," tandas dia.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya