Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar masyarakat menggunakan waktu libur nasional pada 9 Desember 2015 untuk berwisata. Libur nasional pada 9 Desember 2015 ini sebenarnya untuk memberikan kesempatan kepada warga negara Indonesia mengikuti pilkada serentak di 269 daerah di Tanah Air.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Johnnie Sugiarto mengatakan, sejumlah hotel di daerah wisata, seperti Bali dan Bangka Belitung mengalami kenaikan okupansi atau tingkat keterisian sampai 100 persen saat libur nasional Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Momen Pilkada memang dimanfaatkan masyarakat untuk mengambil cuti panjang dan berlibur di Bali serta Bangka Belitung.
"Okupansi hotel di Bali dan Bangka Belitung naik dari rata-rata 60 persen menjadi 80 persen. Kemarin saya telepon hotel di Bangka Belitung, okupansinya melonjak sampai 100 persen," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Rabu (9/12/2015).
Baca Juga
Kata Johnnie, pengusaha hotel dan restoran bisa mereguk untung sekitar 20 persen karena kenaikan okupansi tersebut. Biasanya, sambung Johnnie wisatawan merogoh kocek lebih untuk makan di restoran, selain pengeluaran hotel dan berbelanja.
"Dengan peningkatan jumlah pengunjung beberapa bulan terakhir, pengurangan jam kerja yang sempat terjadi akibat memburuknya ekonomi Indonesia sudah pulih kembali. Ini juga disokong dari peningkatan kegiatan di daerah jelang akhir tahun untuk menyerap anggaran," jelasnya.
Sementara imbas dari erupsi Gunung Bromo di Jawa Timur, menurut Johnnie, sudah dalam keadaan membaik setelah sebelumnya menyebar ke Bali dan Lombok sehingga memicu kekhawatiran turis yang berada di sana. "Tapi sekarang sudah aman kok, termasuk kualitas udaranya. Kecuali mungkin di Bromo masih kena dampaknya," tandas Johnnie.
Sebelumnya, dampak dari erupsi anak Gunung Rinjani, Barujari, sempat menghentikan aktivitas Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, selama 6 hari. berhentinya aktivitas bandara tersebut berpengaruh kepada tingkat kunjungan wisatawan di Bali.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra, mengatakan 25 ribu wisatawan batal berlibur ke Pulau Bali. Kondisi ini berdampak turunnya tingkat hunian hotel, hingga sektor pariwisata Bali mengalami kerugian US$ 1.500 per orang atau total mencapai Rp 45 miliar.
Dampak penutupan bandara di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), berakibat lonjakan penumpang kapal cepat wisata tujuan Bali hingga dua kali lipat. Wisatawan asing maupun domestik memilih transportasi ini meski dengan harga lebih mahal. Lonjakan penumpang dimanfaatkan para pemilik jasa kapal cepat, dengan menaikkan ongkos penyeberangan hingga 50 persen, dari harga semula Rp 150 hingga Rp 200 ribu menjadi Rp 250 hingga Rp 300 ribu.
Sejak terjadinya erupsi Gunung Barujari, angkutan darat seperti bus dan juga kapal laut menjadi alternatif pilihan para penumpang maskapai penerbangan untuk keluar dari Lombok dan kembali ke wilayahnya masing-masing. (Fik/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement