Harga BBM Turun Bikin Orang Miskin Berkurang 150 Ribu

Jumlah tersebut dirasa masih terlalu kecil karena penurunan harga BBM pun tak terlalu signifikan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Jan 2016, 15:11 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2016, 15:11 WIB
20151008-Solar turun-Jakarta
Petugas mengisi BBM jenis solar di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru itu akan berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium menjadi Rp 6.950 dan Solar Rp 5.650 per liter diprediksi akan menurunkan jumlah orang miskin sekitar 100-150 ribu jiwa. Jumlah tersebut dirasa masih terlalu kecil karena penurunan harga BBM pun tak terlalu signifikan.

Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial LPEM FEUI, Teguh Dartanto, mengungkapkan penurunan harga BBM pada 5 Januari 2016 tidak terlalu signifikan, sehingga tidak akan berdampak kepada tarif transportasi dan harga kebutuhan pokok.

"Penurunan harga BBM tidak signifikan, sehingga tarif transportasi dan harga pangan tidak akan berpengaruh besar, tetap mahal," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (5/1/2016).

Harga Solar mulai hari ini turun dari Rp 6.700 menjadi Rp 5.650. Harga Premium untuk non-Jamali (Jawa, Madura, dan Bali) turun dari Rp 7.300 menjadi Rp 6.950, sedangkan harga Premium untuk Jamali turun dari Rp 7.400 menjadi Rp 7.050 per liter.

Dengan demikian, diakui Teguh, penurunan harga BBM tidak akan mengurangi orang miskin dalam jumlah banyak. "Dari 780 ribu penambahan orang miskin, paling bisa turun 100-150 ribu jiwa dari penurunan harga jual BBM sekarang ini," ujarnya menerangkan.

Ia menilai permasalahan utama dari angka kemiskinan yang meningkat adalah karena pemerintah tidak mampu memprediksi dan menjaga stok pangan. Akibatnya, harga pangan melonjak tajam saat musim kering berkepanjangan atau El Nino. Padahal, kestabilan harga pangan menjadi kunci menjaga daya beli masyarakat.

"Pencairan anggaran di tahun lalu juga telat, sehingga untuk tahun ini maksimal Februari sudah dipercepat, jangan lagi tertunda. Harus gerak cepat, ditambah dengan perbaikan di sisi penyaluran subsidi untuk cepat menanggulangi kemiskinan," Teguh menjelaskan. (Fik/Zul)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya