BI Waspadai Pertumbuhan Ekonomi China

Selama ini memang Indonesia menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan China.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Jan 2016, 19:03 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2016, 19:03 WIB
20151104-Bahas-Keuangan-dan-Ekonomi-Jakarta-Agus-Martowardojo-AY
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberikan keterangan pada wartawan usai pertemuan dengan Presiden Finlandia Sauli Niinisto, Jakarta (4/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mewaspadai perekonomian China yang dipastikan akan berpengaruh cukup besar kepada Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan adalah mendorong pertumbuhan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Gubernur BI, Agus Dermawan Wintarto Martowardojo menjelaskan, ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi global. Saat ini, kondisi global belum menunjukkan perbaikan. Dua hal yang menjadi perhatian BI adalah rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan juga menurunan pertumbuhan ekonomi China.

"Kalau kenaikan bunga The Fed kemarin sudah dilakukan, dan pada tiga tahun ke depan masih ada rencana akan naik secara gradual," jelasnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (28/1/2016).

Sedangkan untuk China, pada 2015 kemarin pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada kisaran 6,9 persen. Diperkirakan tahun 2016 akan turun ke 6,3 persen. "Kami juga mendengar pada lima tahun ke depan, otoritas mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan berada di kisaran 6,5 persen," tuturnya.

Menurut Agus, hal yang harus diantisipasi dari perekonomian China adalah perlambatan di bidang manufaktur dan terkait mata uang Yuan yang mungkin bisa terus terdepresiasi. kedua hal tersebut akan sagat berdampak kepada sektor perdagangan, finansial, maupun kepercayaan pelaku pasar.

"Jadi kondisi harga komoditas yang sekarang terus turun dampaknya dari China dan itu juga berdampak pada capital flow yang masuk ke dunia bisa berubah," tambahnya.

Selama ini memang Indonesia menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan China. Banyak komoditas dari Indonesia yang diserap oleh China. Oleh karena itu, agar ke depan tidak terkena dampak dari China, BI dan pemerintah mencoba mendorong pertumbuhan UKM. 

Salah satu langkah yang dilakukan adalah menurunkan bunga Kredit usaha Rakyat (KUR). Sebelumnya, bunga untuk KUR berada di kisaran 22 persen. Pada tahun lalu bunga tersebut ditekan menjadi 12 persen. "Untuk tahun ini kami patok bunga KUR di angka 9 persen," jelasnya. Yas/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya