Bos LEN Yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tetap Operasi 2019

PT LEN Industri (Persero) angkat suara mengenai kontroversi proyek kereta cepat (High Speed Train/HST) Jakarta-Bandung.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Feb 2016, 17:44 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2016, 17:44 WIB
Segmen 3: Peresmian Kereta Cepat hingga Kepala Patung Harihara
Presiden Joko Widodo meresmikan proyek pembangunan kereta cepat, hingga kepala patung Harihara ditempelkan di badannya.

Liputan6.com, Jakarta - PT LEN Industri (Persero) angkat suara mengenai kontroversi proyek kereta cepat (High Speed Train/HST) Jakarta-Bandung. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini optimistis target operasional kereta cepat sesuai jadwal pada 2019 meski terjadi keributan dari sejumlah pihak.

"Saya rasa tidak akan molor (pembangunan maupun operasional) dari jadwal. Saya tidak tahu persis komitmen pelaksanaan desain keseluruhan apakah sudah berjalan, tapi setahu saja sudah," kata Direktur UtamaLEN Industri,AbrahamMose di acara BaliCleanEnergy Forum di Bali, Kamis (11/2/2016).

Dirinya yakin bahwa kereta cepat Jakarta-Bandung akan tetap berjalan meskipun kontroversi datang dari penjuru dunia. Sebab, diakui Abraham, proyek kereta cepat sudah menjadi komitmen pemerintah Indonesia melalui skema business to business (B to B).

Lebih jauh Abraham bilang, perseroan sudah siap membenamkan produk sinyal dan perangkat keamanan pada moda transportasi kereta cepat. Produk tersebut akan melengkapi kecanggihan teknologi yang diusung China dalam proyek senilai US$ 5,5 miliar itu.

"Kalau bicara kemampuan sumber daya dan teknologi, kita sudah punya. Kami sudah siap mengembangkan kereta cepat di bidang persinyalan," tegasnya.

LEN Industri, sambung Abraham, berpengalaman menanamkan sinyal pada transportasi massal kereta api. Teknologi persinyalan antara kereta reguler dengan kereta cepat, diakuinya, sama secara garis besar. Persoalan hanya ada di speed processor.

"Kami sudah mengembangkan sinyal di lebih dari 100 stasiun kereta. Teknologinya kurang lebih sama antara kereta reguler dengan kecepatan 90-120 km per jam, kemudian diangkat jadi 300-350 km per jam tidak ada masalah. Persoalan cuma di speed processor tapi bisa diatasi," jelas Abraham. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya