Pemerintah Tenang Meski BI Pangkas Pertumbuhan Ekonomi RI

BI merevisi pertumbuhan ekonomi nasional karena melihat bahwa pertumbuhan global kembali melemah.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 19 Mei 2016, 21:38 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2016, 21:38 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tak mempermasalahkan langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. BI menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya 5,2-5,6 persen menjadi 5-5,4‎ persen.

pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahazil Nazara mengatakan, proyeksi BI masih sejalan dengan target yang dipatok pemerintah.

"Masih dalam kisaran. Kita kan 5,3 persen," kata dia dalam acara bertajuk 2016 Mid-Year Market Outlook & Citi Appreciation Night FSI Peka Fund, di Hotel Shangri-LA, Jakarta, Kamis (19/5/2016).

Pemerintah sendiri telah menggenjot belanja untuk meraih target pertumbuhan ekonomi. Dia bilang, dibanding kuartal I tahun lalu belanja pemerintah kuartal I 2016 semakin tinggi.

"‎Belanja modal pemerintah kuartal I 2016 Rp 18 triliun bandingkan kuartal I tahun lalu Rp 8 triliun, naik Rp 10 triliun. Itu optimisme pemerintah spend money untuk belanja," kata dia.

Dia juga mengatakan, pemerintah turut mendorong pemerintah daerah membelanjakan dana yang disimpan. "‎Kita minta mereka belanja, maka pemerintah desain transfer kalau daerah numpuk cash lebih besar yang dibutuhkan lebih 3 bulan ke depan. Transfer kan hak mereka, tapi tidak dalam bentuk cash, obligasi," ungkap dia.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, revisi pertumbuhan ekonomi dilakukan mengingat pertumbuhan global kembali melemah.

"Kita simak kondisi pertumbuhan ekonomi dunia yang kembali lemah dibanding sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian karena sumber pertumbuhan ekonomi dunia tidak hanya dari negara maju tapi juga berkembang yang dikoreksi rendah," jelas Agus.

Agus juga mengatakan, melemahnya pertumbuhan ekonomi juga disebabkan penyerapan anggaran pemerintah belum mampu mendorong konsumsi domestik.

"Jadi secara umum kita lihat kondisi pertumbuhan ekonomi sebelumnya kita perkirakan 5,2-5,6 persen kita tetapkan perlu dilakukan penyesuaian karena pertumbuhan ekonomi melemah dan berdampak ke ekspor impor Indonesia dan domestik kita koreksi jadi 5-5,4 persen," tutup dia. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya