Strategi Bank BNI Benahi Kredit Macet

Segmen korporasi menyumbang kredit bermasalah cukup besar pada semester I, salah satunya oleh PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO).

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 04 Agu 2016, 15:42 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2016, 15:42 WIB
20150811-DPLK BNI Mengalami Kenaikan-Jakarta
Suasana aktivitas di kantor BNI di Jakarta, Selasa (11/8/2015). Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. mencatat hingga semester I/2015 dana kelolaan perusahaan naik 8% . (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) akan mengatur kembali porsi penyaluran kredit korporasi. Itu setelah segmen korporasi menyumbang kredit macet cukup besar, dan membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank ini naik menjadi 3 persen pada paruh tahun ini.

Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengatakan, segmen korporasi menyumbang kredit bermasalah cukup besar pada semester I, salah satunya oleh PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO).

"Kena‎pa NPL yang lalu 3 persen, ini tetap 3 persen,‎ banyak di drive korporasi 1,5 persen menjadi 3,1 persen. Siapa dia? yang diberikan  3 atau 4 tahun lalu ada satu nasabah, sudah di mass media Trikomsel men-drive NPL kredit BNI di kuartal 1  menjadi 3 persen," jelas dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (4/8/2016).

Pada semester I 2016, perseroan menyalurkan kredit Rp 357,22 triliun atau tumbuh 23,7 persen dibanding periode sebelumnya Rp 288,72 triliun.

"Untuk korporasi memang mendominasi secara historis. 50 persen korporasi kita sedang menambah segmen menengah, dan small terus menerus," ujar dia.

Rico menuturkan, untuk memperbaiki penyaluran kredit tersebut pihaknya akan menyisir segmen korporasi yang berisiko dan mendorong sektor-sektor yang ‎produktif.

"Bahwa kita meninggalkan kira-kira bisnisnya sedang mengalami penurunan dilihat indikator NPL yang tinggi yaitu bisnis industri tambang. Kita melakukan ekspansi yang aman ke perkebunan, konstruksi, ketiga di electricity atau listrik‎," jelas dia.

Perseroan memiliki alasan memilih tiga sektor tersebut. Terkait dengan perkebunan, kendati berkinerja sedang tidak terlalu baik namun sektor ini tetap menjadi primadona di industri nasional.

‎"Perkebunan di sawit, fokus ke debitor baru maupun lama yang kira-kira hanya memiliki top bisa kelapa sawit. Karena suka nggak suka primadona negara kita meskipun komoditas mengalami penurunan," kata dia.

Terkait dengan konstruksi, dia mengatakan sektor tersebut tetap menggiurkan. Apalagi, pemerintah terus mendorong percepatan infrastruktur. Begitu pula untuk listrik, perseroan melirik peluang dari proyek listrik 35 ribu megawatt. "Kemudian berkaitan pembangkit, terkait pembangunan power plan 35 ribu megawatt," tandas dia. (Amd/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya