Harga Pangan Meroket, September Diprediksi Inflasi 0,19 Persen

Penyebab utamanya karena kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat kekurangan pasokan di musim kemarau basah

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Okt 2016, 08:20 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2016, 08:20 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memprediksi akan terjadi inflasi di September 2016 sebesar 0,19 persen. Penyebab utamanya karena kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat kekurangan pasokan di musim kemarau basah dan La Nina yang diramal terus berlanjut hingga akhir tahun.

"Inflasi September ini diperkirakan 0,19 persen, sedangkan secara tahunan 3,04 persen. Inflasi tahunan ini naik dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,79 persen (Yoy)," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (3/10/2016).

Sementara inflasi inti, diperkirakan Josua bisa mencapai 3,25 persen di September 2016 atau turun dari bulan sebelumnya 3,32 persen.

Lebih jauh katanya, inflasi di bulan kesembilan ini karena pengaruh lonjakan harga bahan pangan, di antaranya beras yang naik 0,3 persen (MoM), minyak goreng meningkat harganya 1,7 persen, cabai merah meroket hingga 17,6 persen di September ini.

"Tapi memang ada komoditas pangan yang harganya turun, seperti daging ayam, telur, dan gula," ujar Josua.

Menurutnya, terjadi penurunan suplai bahan pangan yang dipengaruhi faktor musim kemarau basah serta La Nina yang akan mengalami puncaknya pada periode Oktober atau November.

"Hingga akhir tahun tekanan inflasi akan didorong oleh inflasi harga bergejolak. Selain musim liburan pada akhir tahun, puncak musim kemarau basah atau La Nina berpotensi mendorong kenaikan inflasi," jelas Josua.

Namun demikian, tambahnya, rencana pemerintah untuk merelaksasi impor pangan diyakini dapat memenuhi permintaan dalam negeri. "Jadi inflasi di akhir 2016 diperkirakan berada di kisaran 3 persen (YoY)," terang Josua.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya