Megaproyek Ini Bakal Tambah Pasokan Gas di RI

Jawa Barat saat ini mengalami defisit gas sebesar 315 MMscfd.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Nov 2016, 11:37 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2016, 11:37 WIB

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus mendorong realisasi pembangunan megaproyek terminal energi terpadu gas alam cair (LNG) di Bojonegoro, Serang, Banten. Proyek senilai Rp 10 triliun tersebut diharapkan akan menambah suplai gas di dalam negeri.

Pengamat sektor energi Sayed Junaidi Rizaldi mengatakan, saat ini Indonesia masih mengalami defisit pasokan gas. Padahal Indonesia mempunyai gas alam cair yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal.

"Berdasarkan data dari‎ Pertamina, Jawa Barat saat ini mengalami defisit gas sebesar 315 MMscfd. Angka ini diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi 962 MMscfd pada 2025," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (25/11/2016).

Oleh karena itu menurut Sayed, proyek hasil kerja sama Pertamina dengan ‎PT Bumi Sarana Migas (BSM) ‎harus segera dirampungkan. Dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mengamankan suplai pasokan gas di dalam negeri, khususnya untuk wilayah Jawa bagian barat.

"Sekarang tinggal diawasi secara bersama saja sistem bisnis apakah berjalan transparan dan terbuka. Terpenting, Pertamina sebagai BUMN jangan sampai mengalami kerugian," kata dia.

Sayed menyatakan Pertamina nanti bisa menjadi operator dalam megaproyek pembangunan kilang energi terpadu tersebut. D‎engan ditunjuknya Pertamina sebagai satu-satunya pembeli (offtaker) produk dari terminal tersebut menandakan perseroan bisa memegang peranan penting dalam suplai gas (LNG) ke depannya.

"Pertamina sangat berpengalaman mengelola kilang. Semua kilang skala besar di republik dioperatori oleh Pertamina," tandas dia. 

Sebelumnya, Pengamat Energi Komaidi Notonegoro mengatakan hal yang sama. Pembangunan terminal terpadu di Bojonegoro tersebut diharapkan bisa membantu mengurangi defisit gas.

Berdasarkan data neraca gas periode 2015-2030, yang dikeluarkan Pertamina dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), defisit tertinggi gas diprediksi berada di wilayah Jawa Barat. 

"Yang penting dalam setiap proses kerja sama dilakukan secara transparan dan terbuka. Intinya secara korporasi prosesnya clear and clean,” ujar dia di Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Komaidi mengatakan, pengembangan proyek ini tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Kerjasama seperti ini murni bisnis ke bisnis (B to B) sebagai upaya mengantisipasi defisit gas.

"Apalagi Pertamina selain menjadi offtaker juga ikut dalam manajemen untuk menjamin kualitas produk sebelum sampai ke konsumen," kata dia. 

Komaidi menjelaskan kerja sama BSM dan Pertamina paling tidak menjadi solusi jangka panjang soal pasokan gas. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya