Mendag Enggar: Saya Tidak Akan Impor Cabai

Enggar menyebut harga cabai rawit yang kini mahal hanya bersifat sementara

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Mar 2017, 10:45 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2017, 10:45 WIB
Harga-Cabai-dan-Bawang
Pedagang menimbang cabai untuk di jual di pasar di Jakarta, Senin (20/2). Kementan tidak akan mengambil langkah untuk mengimpor cabe dan bawang. Walau pun saat ini, harga cabe dan bawang mengalami keniakan. (Liputan6.com/Angga Yunair)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menegaskan tidak akan membuka keran impor cabai rawit merah untuk mengendalikan harga cabai rawit merah yang masih betah dikisaran Rp 100 ribu per Kilogram (Kg). Pasalnya, harga jual komoditas pangan tersebut sudah mengalami penurunan.

Hal ini disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita usai membagikan bibit cabai kepada masyarakat Jember, perwakilan TNI, Polri, dan kelompok tani di Kabupaten Jember, Jawa Timur, seperti ditulis Jumat (17/3/2017).

"Saya tidak mau impor. Masa sih cabai saja impor, bisa marah semua. Ini kan cuma sesaat atau seasonal saja, masa langsung habis akal dan langsung impor, kayak tidak ada akal lagi," tegasnya.

Dari data infopangan.jakarta.go.id pada perdagangan Kamis (16/7/2017), harga cabai rawit merah dijual Rp 134.023 per Kg. Sedangkan harga cabai merah keriting dan cabai rawit hijau masing-masing Rp 39.860 per kilo dan Rp 61.069 per Kg. Sedangkan cabai merah besar dijual seharga Rp 40.790 per kilo.

Menurut Enggartiasto, Gerakan Penanaman Sejuta Bibit Cabai oleh Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Taruna Bhumi Jember sangat baik dalam rangka mengurangi tekanan atau fluktuasi harga cabai. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk menanam cabai.

"Ini cuaca ekstrem, dan yang bisa kita lakukan mengajak masyarakat nanam cabai agar tidak khawatir fluktuasi harga yang berlebihan. Untuk beberapa orang tidak makan cabai rawit merah tidak apa, bisa makan cabai rawit hijau. Tapi ada industri yang sensitif karena cabai rawit Indonesia dengan di luar berbeda, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak," dia menerangkan.

Dia melanjutkan, harga cabai sudah mengalami penurunan. Itu karena para petani langsung menggelontorkan hasil panen cabai sehingga harga cabai di pasar berangsur-angsur terseret ke bawah.

"Dalam tiga jam sudah turun Rp 10 ribu. Begitu cuaca bagus, panen, pasti petani tidak akan menahan, langsung dilempar ke pasar. Kalau tidak kan busuk, dan akhirnya mendorong harga di pasar turun," ucap Enggartiasto.

Saat ini, dia justru mengkhawatirkan penurunan harga cabai yang lebih drastis ketika panen cabai melimpah ruah. Hal ini pernah terjadi saat harga gabah dan jagung terjun bebas sehingga pemerintah harus mengambil langkah intervensi demi para petani.

"Kalau harganya turun terlalu drastis, kita langsung perintahkan Bulog untuk menyerapnya. Kalau merosot jauh, petani kapok tidak mau nanam lagi, jadi kita harus jaga. Presiden setiap hari bisa tahu harganya, dan kalau sudah terlalu jauh turunnya, dia langsung telepon saya atau Pak Mentan supaya segera diatasi, kasihan petani," tukas Enggartiasto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya