Saingi Boeing dan Airbus, Rusia Produksi Pesawat Canggih

Mampu menempuh jarak hingga 6.000 km, pesawat buatan Rusia ini diprediksi bisa menjadi rival Boeing dan Airbus.

oleh Vina A Muliana diperbarui 29 Mei 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2017, 19:48 WIB
Pesawat MS-21 buatan Rusia (foto: reuters)
Pesawat MS-21 buatan Rusia (foto: reuters)

Liputan6.com, Moskow - Rusia memperkenalkan pesawat penumpang jarak menengah produksinya yang dinamakan MS-21. Pesawat tersebut baru saja selesai melakukan uji coba terbang pada Minggu, 28 Mei 2017 selama 30 menit di ketinggian 1.000 meter, dengan kecepatan 300 kilometer (km) per jam.

Melansir Reuters.com, Senin (29/5/2017), dengan jangkauan atau jarak terbang hingga 6.000 km, MS-21 diprediksi bisa menjadi rival Boeing dan Airbus yang saat ini mendominasi pasar pesawat berbadan kecil untuk jarak menengah.

"Misi penerbangan sudah selesai dan baik baik saja, pengujian selanjutnya segera dilakukan," ujar pilot penguji MS-21 Oleg Kononeko.

MS-21 diklaim memiliki kemampuan lebih tinggi dibanding pesawat buatan negara barat. Meski begitu, masih banyak tantangan yang harus dihadapi agar bisa menyaingi duopoli perusahaan penerbangan Airbus dan Boeing.

Pesawat tersebut akan diproduksi dalam dua varian yakni MS-21-300 dengan kapasitas tempat duduk 160-211 dan MS21-200 dengan kapasitas 130-165 tempat duduk. Distribusi pesawat diprediksi mulai 2018.

Pesawat produksi Irkut Corporation dan United Aircraft Corporation juga mampu melayani penerbangan dengan jarak hingga 6.400 km. Sementara itu, biaya operasionalnya diklaim 15 persen lebih murah dari pesawat yang ada saat ini.

Media lokal menyebutkan produsen pesawat tersebut sudah menyepakati sejumlah kontrak dengan maskapai domestik dan luar negeri.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengapresiasi penerbangan perdana MS-21. Di tengah sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjerat Rusia, produksi pesawat ini diharapkan bisa menjadi titik terang agar Rusia tidak ketergantungan dengan perusahaan asing.

Sebelum Rusia, China juga mengumumkan produksi pesawatnya pada April lalu. Pesawat C919, yang dibangun perusahaan dirgantara milik negara Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC).

Kehadiran pesawat ini merupakan bentuk upaya China selama hampir satu dekade untuk mengurangi ketergantungan terhadap Eropa dan Amerika Serikat dalam hal pengadaan pesawat penumpang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya