Cara Wamen ESDM agar RI Bisa Terus Produksi Minyak

Telah terjadi kesalahpahaman dalam menyikapi kondisi cadangan minyak Indonesia.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Agu 2017, 15:15 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2017, 15:15 WIB
Rig Sumur Minyak BOB BSP
(Foto: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan, solusi agar ‎Indonesia bisa terus memproduksi minyak dalam jangka panjang. Untuk diketahui, produksi minyak Indonesia diperkirakan bakal berhenti dalam 12 tahun ke depan.

‎Arcandra menjelaskan, cadangan minyak Indonesia diperkirakan berada di angka 3,6 miliar barel. Jika cadangan tersebut diproduksi 800 ribu barel per hari secara konstan, maka akan habis dalam 12 tahun ke depan.

Agar Indonesia bisa tetap memproduksi minyak setelah 12 tahun tersebut, Arcadra memiliki beberapa solusi. Untuk solusi jangka pendek adalah peningkatan teknologi. "Untuk jangka pendek harus tingkatkan teknologi. Misalnya under drilling, pemasangan atrificial lift, summer pulm, freking," papar Arcadra di Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Arcandra melanjutkan, untuk solusi jangka menengah adalah menggunakan ‎teknik Enhance Oil Recovery (EOR). Teknik ini untuk mendorong produksi minyak lebih banyak. Sedangkan solusi jangka panjangnya adalah menggenjot kegiatan pencarian cadangan minyak baru.

Sebelumnya, Arcandra menilai, telah terjadi kesalahpahaman dalam menyikapi kondisi cadangan minyak Indonesia. Menurutnya, cadangan minyak bukan habis, tetapi tidak bisa diproduksi lagi. Pasalnya, belum ada teknologi yang dapat menguras seluruh isi sumur minyak yang sudah berproduksi.

‎"Energi fosil suatu saat tidak bisa memproduksi lagi, mungkin perlu mengubah bahasa. Sebenarnya bukan habis, menurut saya suatu saat tidak bisa memproduksi minyak kita, karena di bawah tanah belum ada teknologi menguras oil 100 persen, paling banyak 40 sampai 60 persen,"‎ paparnya.

Menyikapi kondisi tersebut, Arcandra ingin menjadikan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sebuah keharusan. Hal ini untuk mengantisipasi jika minyak tidak bisa diproduksi lagi, maka ada energi lain yang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan.

"Kalau sudah tidak bisa diproduksikan lagi, apakah mendorong EBT? Yang benar adalah pilihan terhadap EBT sebuah keharusan, bukan lagi memilih apakah fosil fuel atau EBT," tutup Arcandra.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya