Liputan6.com, Bandung- World Economic Forum (WEF) mengeluarkan laporan terbaru mengenai Global Competitiveness Report 2017-2018 atau Daftar Daya Saing Global 2017. Dalam laporan ini, daya saing Indonesia naik peringkat dari posisi 41 ke posisi 36 dunia.
Menanggapi hal ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menilai, kenaikan peringkat itu merupakan bukti jerih payah seluruh masyarakat Indonesia dan pemerintah dalam rangka memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau indeks competitiveness Indonesia meningkat, itu sejalan dengan kepercayaan global kepada Indonesia," kata Agus di Hotel Intercontinental, Bandung, Kamis (28/9/2017).
Dengan adanya laporan ini sekaligus melengkapi daftar riwayat positif Indonesia di mata internasional, setelah sebelumnya Ease Of Doing Business Indonesia juga naik dari posisi 106 menjadi 91.
Laporan ini juga sejalan dengan reformasi struktural yang dilakukan pemerintah sampai saat ini, baik yang dilakukan Kementerian Keuangan sebagai otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
Namun demikian, Agus mengaku untuk terus melakukan perbaikan demi daya saing Indonesia semakin menduduki jajaran atas di dunia dalam laporan ini. Banyak pekerjaan rumah yang menurut Agus belum terselesaikan.
"Yang perlu kita perbaiki ke depan tidak hanya infrastruktur, tetapi juga kita harus memperbaiki daya saing, competitiveness kita, sehingga daya saing ini dapat membuat Indonesia bisa bersaing dengan negara lain di dunia," tegas dia.
Salah satu sektor yang menjadi kunci peningkatan daya saing RI bisa meningkat adalah kedaulatan pangan dan energi di Indonesia. Semakin cepat upaya ini dilakukan, maka semakin cepat pula daya saing Indonesia meningkat di dunia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Daya Saing RI Naik 5 Peringkat
Indonesia sukses mencatatkan prestasi di Daftar Daya Saing Global 2017 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF). Dalam daftar yang bertajuk Global Competitiveness Report tersebut, Indonesia mampu naik lima peringkat dari tahun lalu ke peringkat 36.
Indonesia dinilai mampu memperbaiki performanya dalam semua pilar penilaian. WEF bahkan memberi penghargaan pada Indonesia sebagai negara Asia Pasifik dengan perbaikan terbaik selama satu tahun terakhir.
"Dari 17 negara Asia Timur dan Pasifik, 13 di antaranya bisa meningkatkan penilaian mereka secara keseluruhan. Indonesia dan Brunei Darussalam mencatatkan langkah terbesar selama satu tahun terakhir," tulis WEF dalam laporannya dilansir dari weforum.org.
Kenaikan posisi Indonesia di daftar bergengsi ini didorong dari ukuran pasar perekonomian yang besar. Indonesia menduduki peringkat 9 secara global dalam hal ukuran pasar.
Selain itu, kondisi makroekonomi Indonesia juga dinilai kuat dengan berada di peringkat 26 secara global. Dalam hal inovasi dan kecanggihan bisnis, RI didapuk sebagai inovator teratas di antara negara berkembang lain di dunia.
"Indonesia berada di peringkat 31 dan 32 dalam inovasi dan kecanggihan bisnis," tulis WEF.
Meski demikian, ada beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Negara ini dinilai cukup jauh tertinggal dalam hal kesiapan teknologi.
Kemajuan yang signifikan juga dibutuhkan dalam sektor efisiensi pasar tenaga kerja. Indonesia dianggap masih terbebani dengan biaya redundansi yang berlebihan, fleksibilitas penguasaan upah yang terbatas serta kurangnya keterlibatan wanita dalam tenaga kerja.
Survei yang dikeluarkan oleh World Economic Forum tersebut dirilis satu tahun sekali dan memperlihatkan kompetensi suatu negara dalam bidang perekonomian.
WEF mengukur tingkat kompetensi perekonomian dari data dari beberapa pilar penilaian. Kondisi makro ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan hingga kondisi tenaga kerja menjadi faktor yang diukur dalam laporan ini.
Â
Advertisement