Trump Janjikan Bantuan terhadap Myanmar Pasca Gempa Magnitudo 7,7

Trump mengaku pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan Myanmar.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 29 Mar 2025, 10:16 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2025, 10:16 WIB
Gempa Myanmar, Jumlah Korban Tewas Bertambah
Jumlah korban tewas akibat gempa dahsyat di Myanmar pada Jumat (28/3/2025) meningkat menjadi 144 orang, sementara 732 lainnya mengalami luka-luka. (Foto: AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump pada Jumat (28/3/2025) berjanji bahwa Amerika Serikat (AS)akan membantu Myanmar setelah negara tersebut dilanda gempa magnitudo 7,7.

"Itu sangat mengerikan," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval ketika ditanya apakah dia akan merespons permohonan bantuan dari penguasa militer Myanmar, seperti dikutip dari CNA.

"Ini gempa yang sangat buruk dan kami akan membantu. Kami sudah bicara dengan negara tersebut."

Gempa magnitudo 7,7 yang melanda Myanmar dan Thailand pada Jumat menyebabkan lebih dari 150 orang tewas dan ratusan lainnya terluka.

Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing dalam pidato yang disiarkan di media negara mengundang "negara mana pun, organisasi mana pun" untuk membantu upaya pemulihan.

Empat tahun perang saudara yang dipicu oleh perebutan kekuasaan oleh militer telah merusak infrastruktur dan sistem kesehatan Myanmar, membuat negara itu kesulitan merespons bencana besar seperti ini.

AS dalam beberapa tahun terakhir telah mendesak penguasa Myanmar untuk membuat kemajuan dalam isu-isu penting seperti membebaskan tahanan politik dan mengurangi kekerasan.

Sementara itu, Myanmar semakin mempererat hubungan dengan sekutu utama mereka, Rusia, di mana pemimpin junta militer Min Aung Hlaing mengunjungi Presiden Vladimir Putin di Moskow awal bulan ini.

Kedua negara tengah dalam pembahasan rencana agar Rusia membantu pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir kecil (menggunakan reaktor nuklir berukuran lebih kecil) di Myanmar.

Permohonan Junta Militer Myanmar

Gempa Myanmar, Jumlah Korban Tewas Bertambah
Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) siang. (Foto: AFP)... Selengkapnya

Dalam permohonan langkanya pada Jumat, Min Aung Hlaing mengatakan, "Saya pribadi telah mengunjungi beberapa lokasi yang terdampak untuk menilai situasi. Saya ingin mengajak semua orang untuk bergandengan tangan dan mendukung misi penyelamatan yang sedang berlangsung."

"Saya telah menyatakan keadaan darurat dan memohon bantuan internasional," lanjut Min Aung Hlaing, sambil menambahkan bahwa India akan mengirimkan bantuan. "Saya ingin mengundang dengan terbuka organisasi dan negara manapun yang bersedia datang dan membantu rakyat yang membutuhkan di negara kami."

Dia memperkirakan bahwa jumlah korban akan terus meningkat. Hingga berita ini diturunkan, setidaknya 144 orang dilaporkan tewas di Myanmar dan 732 lainnya terluka.

Mengapa permohonan Min Aung Hlaing jadi sorotan?

Permohonan ini menunjukkan betapa besar dampak dari gempa tersebut. Min Aung Hlaing adalah subjek permohonan surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Junta militer yang dipimpinnya jarang bekerja sama dengan komunitas internasional.

Dia adalah pemimpin militer Myanmar atau dikenal sebagai Tatmadaw, yang merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil pada 2021. Sejak saat itu, dia menjabat sebagai penguasa militer Myanmar.

Kepala Jaksa ICC mengajukan permohonan surat perintah penangkapan terhadapnya tahun lalu atas dugaan kejahatan terhadap kelompok minoritas Rohingya, dengan perkiraan lebih dari satu juta orang Rohingya terusir dari Myanmar. Hingga kini ICC belum menyetujui permohonan tersebut.

Junta militer Myanmar telah sangat membatasi akses internet dan meluncurkan tindakan keras terhadap jurnalis di negara itu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya