Menteri Basuki: TOD Itu Hunian Murah, tapi Mewah

Basuki mengungkapkan sesuai kesepakatan, setiap pembangunan TOD, setidaknya 30 persen harus dialokasikan untuk MBR.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Okt 2017, 16:33 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 16:33 WIB
Hunian Berbasis TOD Mulai Dibangun di Pondok Cina
Ilustrasi hunian TOD

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono mengapresiasi upaya BUMN yang membangun huian untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

Salah satu hal yang menarik perhatian Basuki adalah banyaknya Transit Oriented Development (TOD) atau hunian di stasiun yang belakangan terus dibangun oleh berbagai BUMN sektor karya yang bersinergi dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Basuki mengungkapkan sesuai kesepakatan, di setiap pembangunan TOD, setidaknya 30 persen harus dialokasikan untuk MBR. Ini akan membantu masyarakat dalam memiliki hunian tetap atau tidak jauh dari perkotaan.

"Ini satu terobosan yang harus kita dukung. TOD ini hunian terjangkau, tapi fasilitas mewah. Beli hunian bonus kereta api," ujar dia di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (10/10/2017).

Dengan tinggal di TOD ini, maka masyarakat langsung punya akses dengan transportasi, yaitu kereta api, tanpa harus merasakan kemacetan di perkotaan. "Ini kemewahan tersendiri. Tidak semua orang bisa mendapat hunian seperti itu," ujar Basuki.

Dalam pembangunannya, TOD ini juga memiliki fasilitas dasar, seperti kawasan komersial dan tempat parkir. Dengan demikian, TOD diharapkan juga mampu mengurangi pergerakan masyarakat, sehingga mampu mengurangi kemacetan.

 

Kerja Sama Wika dan KAI

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah bekerja sama membangun hunian di Stasiun Pasar Senen atau Transit Oriented Development (TOD).

Hunian ini dibangun di sebelah utara Stasiun Pasar Senen dengan luas lahan 8.560 meter persergi. Setidaknya nantinya akan ada 480 unit rusun untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 882 untuk berpenghasilan menengah.

Menejer Investasi dan Properti Wika Gedung Prata Kadir menegaskan, untuk kelas MBR, ada dua tipe yang ditawarkan, yaitu tipe 32 meter persegi dan 36 meter persergi. Dua tipe tersebut masing-masing memiliki dua kamar.

"Untuk yang MBR itu harga lahan per meternya Rp 7 juta, jadi tinggal dikalikan saja harga per unitnya (Rp 224 juta)," kata Prata.

Khusus untuk MBR ini, akan dibangun satu tower yang terdiri atas 20 lantai. Dibangunnya yang tipe MBR dengan dua kamar, memang dikhususkan untuk masyarakat yang sudah berkeluarga, tetapi belum mempunyai hunian.

Sementara dua tower lainnya akan dibangun untuk yang berpenghasilan menengah. Alokasi untuk masyarakat berpenghasilan menengah ini terdiri dari dua tipe, yaitu tipe studio dengan ukuran 22 meter persegi dan 36 meter persegi dengan dua kamar. Hanya saja untuk yang non-MBR ini, harga per meternya adalah Rp 8-9 juta. (Yas)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya