Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memproyeksikan puncak arus balik Angkutan Lebaran 2025/1446 H akan terjadi pada Minggu, 6 April 2025. Lonjakan penumpang diperkirakan akan didominasi oleh pengguna Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ).
“Puncak arus balik diperkirakan terjadi pada Minggu, 6 April 2025 besok,” ujar Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, di Jakarta, Sabtu (5/4/2025), seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga
Anne menjelaskan, hingga saat ini jumlah tiket yang telah terjual untuk tanggal tersebut mencapai 209.027 tiket, terdiri dari 180.790 tiket KAJJ dan 28.237 tiket KA Lokal.
Advertisement
Tingginya angka tersebut mencerminkan antusiasme masyarakat yang masih memilih moda kereta api sebagai andalan utama untuk perjalanan balik ke berbagai daerah.
Sejak masa angkutan Lebaran dimulai pada 21 Maret hingga 4 April 2025 pukul 24.00 WIB, KAI mencatat telah memberangkatkan sebanyak 3.097.168 penumpang dari seluruh stasiun di Indonesia.
Selama periode arus mudik dan balik Lebaran, KAI menyiapkan 4.591.510 tempat duduk, terdiri dari 3.443.832 kursi KA Jarak Jauh dan 1.147.678 kursi KA Lokal, untuk perjalanan antara 21 Maret hingga 11 April 2025.
Hingga 5 April 2025 pukul 07.00 WIB, total tiket yang telah terjual mencapai 4.131.904 tiket, atau sekitar 89,99 persen dari total kapasitas yang disediakan.
"Rinciannya, tiket KA Jarak Jauh yang terjual mencapai 3.519.975 tiket dengan tingkat okupansi 102,21 persen, sementara tiket KA Lokal terjual 611.929 tiket atau 53,32 persen dari kapasitas yang tersedia," jelas Anne.
Imbauan KAI soal Penggunaan Fasilitas Stop Kontak
Di sisi lain, KAI juga mengingatkan seluruh penumpang untuk menggunakan fasilitas di dalam kereta sesuai aturan, khususnya stop kontak yang tersedia di setiap kursi.
Anne menegaskan bahwa colokan listrik tersebut hanya diperuntukkan untuk pengisian daya perangkat elektronik pribadi seperti ponsel, tablet, atau laptop.
Penggunaan colokan untuk alat elektronik rumah tangga tidak diperbolehkan karena dapat mengganggu kenyamanan dan membahayakan keselamatan perjalanan.
“Penggunaan perangkat berdaya besar bisa berdampak pada sistem kelistrikan kereta secara keseluruhan,” tegas Anne.
Advertisement
