Bulog Jamin Stok Pangan Aman Jelang Natal dan Tahun Baru

Saat ini Bulog masih memiliki stok beras mencapai 1,2 juta ton.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 27 Nov 2017, 17:47 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2017, 17:47 WIB
20160608-Gudang Bulog-Jakarta- Johan Tallo
Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Liputan6.com, Jakarta Perum Bulog memastikan pasokan bahan pangan jelang libur Natal dan Tahun Baru 2018 dalam kondisi aman. Adapun bahan pokok tersebut di antaranya beras, gula, minyak goreng dan daging.
 
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumajakti mengungkapkan, untuk beras, saat ini pihaknya masih memiliki stok mencapai 1,2 juta ton.
 
 
"Artinya ini aman, biasanya memang 1,5 juta kalau bisa 1 juta, tapi kan ini untuk menjaga, dan itu aman," ucap Djarot di kantornya, Senin (27/11/2017).
 
Masuk ke gula, Djarot mengaku saat ini stok gula di gudang Bulog sebesar 400 ribu ton. Angka ini jika dihitung bisa mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun, sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Konsumsi gula di masyarakat setiap bulan mencapai 240 ribu ton.
 
Sementara untuk minyak goreng, Perum Bulog memiliki stok mencapai 2,2 juta liter. Meski diperkirakan cukup, Djarot mengaku akan terus menambah pasokan.
 
"Kalau untuk daging, hari ini kami punya daging kisaran 16 ribu ton. Artinya kalau kita rata-rata satu bulan kan 8.000-9.000 ton artinya masih jauhlah," tegas dia.
 
Ditambahkan Djarot, dari 16 ribu stok daging yang dimiliki tersebut, mayoritas adalah daging kerbau. Baginya, daging kerbau ini mulai digemari masyarakat dan mampu menggantikan daging sapi.
 
"Saya hanya ingin sampaikan bahwa kita hari ini sudah impor sekitar hampir 80 ribu ton dalam waktu kurang dsri setahun. Lalu dari 80 ribu itu tersisa 16 ribu, artinya kan terpakai, sisanya kan terserap dan Insya Allah tidak ada komplain baik dari sisi kehalalan, higienis, maupun dari sisi rasa," dia menandaskan.

Gandeng Pengusaha Ritel

Perum Bulog  menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan beberapa asosiasi dan perusahaan mini mart dalam rangka menjaga stabilitas harga pangan pada Senin (27/11/2017).

Asosiasi yang digandeng mulai dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Asosisasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), hingga perusahaan mini mart Circle K.

"Nota kesepahaman ini akan menjadi landasan bagi pelaksanaan kerja sama dengan mitra atau rekan usaha dalam penyediaan komoditas pangan pokok kepada para pedagang pasar tradisional, dan ritel di seluruh Indonesia," kata Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti di kantornya, Senin pekan ini.

Dengan kerja sama ini, Djarot juga memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok akan jauh lebih baik. Dengan demikian, stabilitas harga pangan bisa dilakukan.

Terlebih, dalam waktu dekat akan ada libur Natal dan Tahun Baru 2017. Diharapkan, kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan di daerah tersebut bisa menjaga laju inflasi tetap terjaga.

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey menambahkan, dengan adanya perjanjian ini, pengusaha ritel mendapat kepastian mengenai pasokan bahan pokok yang selama ini dijual ke masyarakat.

Dia menggarisbawahi, Bulog adalah BUMN yang memiliki jaringan cukup luas di Indonesia. Maka, diharapkan pemerataan pasokan biasa dilakukan, tidak hanya terfokus di Indonesia bagian Barat.

"Kami harap setelah ini (MoU), langsung koordinasi dengan daerah dan izin untuk Bulog yang ada di daerah, sehingga akses antara anggota Aprindo dan Bulog dapat segera berlangsung," papar Roy. 

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, Perum Bulog telah sepakat untuk membeli gula petani dengan harga Rp 9.700 per kg.

Menurut dia, ketentuan harga tersebut untuk menjaga harga gula di tingkat petani dan memastikan gula bisa dijual ke konsumen di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang sebesar Rp 12.500 per kg.

"Pak Arum Sabil (Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) menyampaikan beberapa hal, yaitu gula petani yang direalisasikan pembeliannya oleh Bulog, kita sepakati. Bulog akan membeli Rp 9.700 gula petani," ujar dia, di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Senin 2 Oktober 2017.

Terkait dengan pengenaan pajak penghasilan (PPh) yang dikenakan kepada petani tebu, Enggar menyatakan Bulog akan tetap memungut PPh tersebut sesuai dengan ketentuan. Namun, jika nantinya permohonan dari petani agar PPh-nya dibebaskan, uang yang dipungut tersebut akan dikembalikan.

‎"Untuk PPh, Bulog sebagai wajib memungut 1,5 persen untuk yang punya NPWP, dan yang tidak ada NPWP 3 persen. Ini petani minta dibebaskan, tapi itu kewenangan di Kemenkeu. Bulog memasukkan itu di account khusus. Kalau tuntutan dipenuhi akan dikembalikan, tapi kalau tidak akan disetorkan ke negara," jelas dia.

Sementara terkait dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang wajib dipenuhi untuk produk gula, Enggar menyatakan hal tersebut bukan merupakan tanggung jawab petani, melainkan menjadi kewajiban pabrik untuk memenuhinya. Oleh sebab itu, pihaknya akan memastikan agar standar ini dipenuhi oleh pabrik gula.

"SNI, kualitas bukan dari petani tapi dari pabrikan, sepenuhnya menjadi risiko BUMN (pabrik gula), baik biaya dan segala risikonya ada di pabrik gula. Kita tentu berkewajiban mengawasi agar yang dihasilkan pabrik guna memenuhi SNI wajib," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya