Liputan6.com, Jakarta - Realisasi pembangunan proyek jalan tol layang (elevated) Jakarta-Cikampek II telah mencapai 20,17 persen. Capaian konstruksi tersebut melebihi target yang ditetapkan, yaitu sebesar 20,159 persen.
Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Djoko Dwijono selaku pengelola tol tersebut menyatakan, pihaknya terus melakukan segenap upaya percepatan guna merealisasikan target yang telah ditetapkan untuk dapat dioperasikan pada April 2019.
Kendati kemajuan pembangunan melampaui target, Djoko mengakui terdapat sejumlah tantangan utama dalam proses pembangunan jalan tol layang yang dibagi menjadi 10 zona tersebut. Tantangan utamanya adalah kepadatan volume kendaraan di ruas Jakarta-Cikampek.
Advertisement
Baca Juga
"Tantangan utamanya adalah kepadatan volume kendaraan, dan di sini sedang berlangsung juga kegiatan 4 proyek lain. Padahal rekayasa lalu lintas selalu dilakukan, seperti misalnya seminim mungkin menutup lajur dalam waktu singkat, atau melakukan contra flow serta imbauan menggunakan rute perjalanan alternatif lainnya apabila kondisi jalan sangat padat. Namun memang volume kendaraannya sangat padat," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (22/1/2018).
Hal tersebut ditambah lagi dengan adanya 4 proyek infrastruktur lainnya di koridor yang sama, yaitu Light Rail Transit (LRT), High Speed Railway (HSR), Jalan Tol Cibitung-Cilincing, serta proyek internal Cabang Jakarta-Cikampek.
Jalan tol layang ini merupakan proyek inisasi Jasa Marga sebagai solusi dari kepadatan yang sering terjadi di ruas tol Jakarta-Cikampek. Selin itu, tol layang ini juga sebagai jalur alternatif bagi pengguna jalan tol yang akan menuju ke Cikampek/Bandung atau menuju Jakarta. Jalan tol sepanjang kurang lebih 38 Km ini membentang di Ruas Cikunir-Karawang Barat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pakai Baja
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan, proyek jalan tol sepanjang 60 km ini sebagian akan menggunakan bahan baku baja. Oleh karena itu, ini merupakan jalan tol layang pertama yang memakai baja (steel).
"Tol layang Jakarta-Cikampek adalah jalan tol layang pertama yang pakai baja. Tapi tidak semuanya dari 60 km panjang, kira-kira 40 persen yang pakai baja. Dari investasi Rp 11 triliun-12 triliun elevated ini, bajanya butuh sekitar Rp 5 triliun," ucap Basuki.
Ia mengaku, bahan baku baja sepenuhnya akan dipasok dari PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). "Iya dong pasokan bajanya dari Krakatau Steel. Harus itu," jelas Basuki.
Terpisah, Direktur Utama Krakatau Steel Sukandar menjelaskan, proyek jalan tol layang Jakarta-Cikampek menggunakan campuran beton dan baja.
"Jadi hybrid, campuran beton dan steel. Bajanya sebagian, tapi belum tahu pasokannya berapa. Kita tunggu desainnya dari mereka (pemenang tender). Karena ini proyek jalan tol layang pertama yang pakai baja di Indonesia," terang Sukandar.
Advertisement
Jalur Alternatif
Untuk menghindari kemacetan akibat pembangunan jalan tol layang ini, Jasamarga Jalanlayang Cikampek mengimbau kepada pengguna jalan untuk dapat mengantisipasi perjalanan dan jika kepadatan tidak terelakkan, maka pengguna jalan dapat menggunakan jalur alternatif.
Beberapa jalur alternatif menuju Cikampek yang dapat digunakan pengguna jalan, yang sudah berada dalam Jalan Tol Jakarta-Cikampek adalah keluar ke jalan arteri melalui Gerbang Tol Cibatu atau Gerbang Tol Cikarang Timur dan kemudian masuk kembali ke Jalan Tol Jakarta-Cikampek melalui Gerbang Tol Karawang Barat
Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) yang membentang di Ruas Cikunir-Karawang Barat merupakan jalur alternatif bagi pengguna jalan tol yang akan menuju ke Cikampek maupun Bandung. Jalan tol sepanjang kurang lebih 38 km dikelola oleh kelompok usaha Jasa Marga, PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JJC).