Askrindo Jamin Proyek Alutsista dari Industri Swasta RI

Askrindo optimistis dapat berperan dalam proyek-proyek Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional yang pada 2018 sebesar Rp 25 triliun.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Mei 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2018, 11:15 WIB
20160517-Direktur Utama Askrindo Asmawi Syam-Jakarta
Direktur Utama Askrindo Asmawi Syam (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Askrindo (Persero) menjalin kerja sama dengan Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas). Hal ini dalam rangka menjamin proyek-proyek alat utama sistem persenjataan (alutsista).

‎Direktur Utama Askrindo, ‎Asmawi Syam, mengatakan, perjanjian kerja sama ini tidak hanya melihat potensi bisnis semata, tetapi juga turut membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri, khususnya sektor swasta. Hal ini diharapkan dapat membantu membangun kekuatan pertahanan dan keamanan nasional yang tangguh.

Dia menjelaskan, perhatian pemerintah cukup besar terhadap bidang pertahanan dan keamanan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya alokasi dana APBN untuk keperluan perawatan, pengadaan, dan pembangunan alutsista yang mencapai Rp 105 triliun atau 12,47 persen dari APBN 2018. 

"Kami memandang bahwa proses perawatan, pengadaan, dan pembangunan alutsista mengandung risiko yang dapat diminimalkan melalui jasa asuransi, sehingga tugas yang digariskan oleh pemerintah dapat terselesaikan dengan tepat waktu, tepat guna, dan tepat sasaran,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (4/5/2018).

Asmawi mengungkapkan, selama ini Askrindo juga telah berpengalaman dalam menjamin proyek-proyek alutsista, baik yang dikerjakan oleh BUMN, seperti PT PAL, PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia, maupun perusahaan swasta nasional, seperti anggota Pinhantanas.

Adapun ruang lingkup kerja sama tersebut, Askrindo akan menjamin asuransi kredit, asuransi kerugian, suretybond seperti jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan. Selain itu, kontra bank garansi seperti jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka, jaminan pemeliharaan. Kemudian ada juga custom bonds, kontra L/C dan SKBDN.

“Potensi bisnis dengan Pinhantanas relatif besar dan kami optimistis bisa berperan dalam proyek-proyek Pinhantanas yang pada 2018 sebesar Rp 25 triliun," kata dia.

Dari kerja sama ini, Asmawi berharap Askrindo akan semakin berkembang dan dapat mendukung program pemerintah tidak hanya di bidang perekonomian, tetapi di bidang lainnya seperti pertahanan.

“Ke depan, kami ingin membuktikan bahwa Askrindo merupakan perusahaan asuransi yang tangguh dan tidak hanya mendukung program pemerintah di bidang perekonomian, tetapi juga dibidang lainnya seperti yang kita lakukan sekarang ini,” tandas dia.

Pindad Dipercaya Brasil Buat Rakit Roket

Pindad memproduksi roket balistik pertama di Indonesia bernama Rudal Pertahanan atau R-Han 122. (Liputan6.com/Ilyas Istianur P)
Pindad memproduksi roket balistik pertama di Indonesia bernama Rudal Pertahanan atau R-Han 122. (Liputan6.com/Ilyas Istianur P)

PT Pindad (Persero) mendapat kepercayaan dari perusahaan asal Brasil yaitu Avibras Company untuk merakit roket. Senjata tersebut telah digunakan oleh banyak negara salah satunya Indonesia melalui TNI.

Kepercayaan ini didapatkan usai kunjungan Direktur Utama Pindad Abraham Mose bersama dengan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jendral TNI Mulyono ke Brasil pada pekan lalu.

Dalam kunjungan tersebut penandatanganan perjanjian kerja sama antara tiga pihak, yaitu Pindad, TNI, dan Avibras Brasil.

Abraham menjelaskan, adanya kepercayaan alih teknologi ini menjadikan kekuatan baru bagi Pindad dalam menjadi industri pendukung kemandirian pertahanan Indonesia.

"Karena kebutuhan TNI banyak sekali, apalagi amunisi latihan, arahan Kasad adalah Pindad yang harus mampu buat itu. Jadi longsongnya dari sana, kita isi, kita rakit di Turen (Malang), dipakai TNI," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (4/5/2018).

Perlu diketahui, roket adalah salah satu senjata pertahanan jarak menengah. Roket ini bisa menembak sasaran dengan jarak kuramg lebih 85 kilometer (km) dengan kecepatan 90 Km/jam. Dengan kaliber 80 mm, daya ledak roket ini bisa mencapai 52 hektar (ha).

Untuk membawa dan meluncurkan roket ini, dibutuhkan kendaraan khusus (transporter) yang selama ini juga diproduksi oleh Avibras. Ke depan Pindad juga berencana memproduksi kendaraan peluncur roket tersebut.

Setiap tahunnya, TNI membutuhkan setidaknya 3.000 roket baik untuk latihan atau untuk pertahanan. Banyaknya kebutuhan inilah yang menjadi alasan Pindad mencoba untuk alih teknologi dengan Brasil.

"Jadi mulai akhir tahun kita akan asembling roket ini di Turen. Dan kalau ini sudah jalan, kita juga coba masuk untuk buat sendiri transporternya," jelas Abraham. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya