Pernah Tertinggal di Era Robot, RI Tak Ingin Mengulang pada Industri 4.0

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mencangkan revolusi industri 4.0.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Jul 2018, 14:32 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2018, 14:32 WIB
Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk memasuki revolusi Industri 4.0. Hal ini untuk menghindari ketertinggalan revolusi industri robotik kembali terulang.

Direktur Jenderal Ketahanan Industri dan Pengembangan Akses Industri Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mencangkan revolusi industri 4.0.

Hal tersebut merupakan ‎bentuk inisiatif menyikapi perkembangan bisnis saat ini yang mengarah pada era digitalisasi.

"Industri 4.0 yang 4 April dicanangkan Bapak Presiden dan Menteri Perindustrian merupakan inisiatif menyikapi perkembangan bisnis saat ini," kata Putu, di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).

Putu mengungkapkan, perkembangan teknologi dan kecepatan industri tidak bisa terbentung. Sebab itu pemerintah ingin memanfaatkan kondisi tersebut agar ketertinggalan yang sempat Indonesia alami pada era robotik tidak terulang kembali pada era revolusi industri 4.0.

"Waktu itu kita memang tertinggal industri robotik, investor membutuhkan robot Indonesia tertinggal industri semi conductor kami tidak ingin tertingal revolusi industri ke 4.0," tutur dia.

Menurut Putu, untuk menjalankan revolusi industri 4.0 membutuhkan dukungan banyak pihak. Sebab itu, selain pemerintah pihak lain juga harus melakukan perubahan menuju industri berbasis digitalisasi.

"Kami menyadari untuk bangun industri butuh dukungan banyak pihak,‎ kita masih pada era teknologi informatika dan robot kita lebih masif dengan adanya internet robotic, khususnya industri manufactur," dia menandaskan.

Pemerintah Harus Pikirkan Nasib Pekerja saat Revolusi Industri 4.0 Berjalan

Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Pemerintah diingatkan untuk memikirkan nasib pekerja ketika revolusi industri 4.0 mulai terlaksana. Hal ini untuk menghindari meningkatnya jumlah pengangguran.

Ketua DPP Golkar Bidang Ekonomi Arche Harahap mengatakan, ‎setiap revolusi industri akan membawa dampak pada tenaga kerja. Pasalnya peran manusia sebagai tenaga kerja akan tergantikan.

"Impact-nya shifting job. Contoh revolusi industri, sebelumnya ada 10 petani dengan adanya traktor yang dibutuhkan tinggal tiga petani ketika ada teraktor petani banyak beralih ke industri," kata Arche, dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).

Menurut Arche, peralihan tenaga kerja atas penerapan revolusi industri 4.0 harus di antisipasi, dengan menyediakan lapangan kerja peralihannya. Bila tidak ada solusi dikhawatirkan bisa menciptakan masalah besar.

"Menurut kami adalah shifting job harus digaris bawahi, ‎shifting job akan jadi masalah nyata,"tutur Arche.

Dia mengungkapkan, saat ini pergantian peran manusia oleh program digital telah terjadi. Sebagi contoh, pada sistem pembayaran digital pada transportasi berbasis online‎. Jika dilihat kedepannya penggunaan sistem digital akan berkembang  sektor lain.

"Itu Gopay menurut kami bank, karyawan Gopay siapa? Nggak ada, bank konvensional akan terdampak segera," dia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya