Masuki Industri 4.0, Perusahaan Harus Gandeng Sekolah Kejuruan

Kerjasama ini diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan profesional sesuai kebutuhan di dunia kerja saat ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jul 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2018, 12:00 WIB
Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Dunia industri Indonesia memasuki era baru yang disebut Revolusi Industri 4.0. Hal ini dimulai sejak Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan (roadmap) yang disebut Making Indonesia 4.0.

Lewat peta jalan itu, Presiden berharap sektor industri 4.0 bisa menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi.

Direktur Jenderal Ketahanan Industri dan Pengembangan Akses Industri Internasional, Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan mengungkapkan, dalam mengimplementasikan industri generasi keempat, Kementerian Perindustrian telah menerapkan sistem kurikulum berbasis kompetensi serta tersambung dan sesuai (link and match) dengan industri.

Upaya ini diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan profesional sesuai kebutuhan di dunia kerja saat ini.

"Masalahnya adalah SDM. Oleh karenanya apa yang sudah dilakukan Kemenperin?. Mereka sudah mencanangkan link and match. Industri itu harus mempunyai partner Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)," kata Putu di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (7/7/2018).

Putu menilai, adanya program link and match membuat para lulusan SMK akan lebih siap dalam menghadapi era industri 4.0.

"Tapi paling penting sekarang SMK. Tenaga kerja terampil yang bisa membuat produksi itu efisien itu berasal dari SMK," imbuh dia.

"Sehingga dengan program itu anak yang lulus mendapatkan dua sertifikat ijazah. Ijazah pertama pada umumnya, kedua kompetensi industrinya. Dia dapat sertifikat kompetensi tergantung dari kelasnya. Semua ada kompetensi sehingga ke depan kita bisa antisipasi jauh-jauh," sambung Putu.

Kendati demikian, pada pelaksanaannya kata Putu, pemerintah tidak dapat berjalan sendiri. Namun perlu diikuti juga oleh peran kementerian/lembaga terkait lainnya.

"Kita harus mempunyai visi yang sama (dengan kementerian terkait) dalam menghadapi perubahan ini khusus di era 4.0 kami juga mengharapkan sehingga visinya sama," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Bidik 10 Besar Ekonomi Dunia, RI Masuki Revolusi Industri 4.0

Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Pemerintah telah menargetkan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia tahun 2030. Hal ini sesuai dengan salah satu aspirasi nasional yang terdapat pada peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Pada 4 April lalu, Bapak Presiden Joko Widodo telah me-launching roadmap tersebut. Ini sekaligus menjadi agenda nasional yang perlu dijalankan secara bersinergi,” tutur Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (11/6/2018).

Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, serta pelaku industri untuk melaksanakan bersama program strategis ini sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. 

Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing. 

“Penguasaan teknologi menjadi kunci penentu daya saing di revolusi industri ini," tegasnya. 

Airlangga menambahkan revolusi industri 4.0 akan merombak alur produksi industri yang selama ini masih konvensional agar menciptakan produktivitas dan kualitas secara efisien.

“Dalam konsepsinya, kami akan merevitalisasi industri manufaktur nasional dan menjadi ekonomi berbasis manufaktur yang memberikan nilai tambah tinggi,” kata dia. 

Oleh karena itu, ia optimis bahwa implementasi industri 4.0 di Indonesia dapat membawa pertumbuhan ekonomi nasional secara inklusif yakni melibatkan seluruh lapisan masyarakat. 

“Di samping itu, sesuai aspirasi Making Indonesia 4.0, kita akan mengembalikan kontribusi nilai ekspor sebesar 10 persen dari PDB nasional. Selain itu, mewujudkan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 10 juta orang pada tahun 2030," ujarnya. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya