Anda Sosok Pemimpin yang Peragu? Simak Nasihat Miliarder Warren Buffett

Nasihat investor legendaris dan miliarder Warren Buffett jika pemimpin peragu.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Okt 2018, 21:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2018, 21:00 WIB
Ini 10 Daftar Orang Terkaya Dunia Tahun 2017 Versi Forbes
Peringkat kedua diikuti oleh pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett. Kekayaan pria 86 tahun ini mencapai US$ 75,6 miliar atau sekitar Rp 1.005 triliun. (NYC)

Liputan6.com, Omaha - Investor legendaris Warren Buffett memberikan sebuah nasihat bagi para pemimpin. Ajaran yang ia sampaikan terkait pemimpin yang tidak yakin saat mengambil keputusan.

Dilansir dari Inc, Buffett mengajarkan agar jangan memikirkan kepentingan sesaat ketika ragu-ragu. Ia menyuruh para pemimpin untuk merenungkan apabila pilihan yang mereka ambil menjadi tajuk pemberitaan. 

"Jika kami tidak yakin apakah suatu (pilihan) itu benar atau salah, pertimbangkan apakah kamu ingin hal tersebut diberitakan di koran pagi," ujar Buffett dalam biografinya The Snowball: Warren Buffett and the Business of Life.

Selanjutnya, Warren Buffett mengingatkan hal penting yang perlu dicari pada pegawai. Bagi Buffett, kecerdasan dan energi bukanlah yang utama. Yang paling penting adalah integritas.

"Kamu umumnya mencari tiga hal dalam seseorang: kecerdasan, energi, dan integritas. dan bila mereka tak punya yang terakhir itu, jangan pedulikan dua hal yang pertama," ujar Buffett.

Integritas menjadi tema sentral dalam ajaran Buffett ke para pegawai. Integritas, menurut Buffett, lebih penting ketimbang uang.

"Merugikan uang bagi perusahaan, saya akan bersikap pengertian. Merugikan secuil reputasi dari perusahaan, dan saya akan bersikap tanpa belas kasih," tegas Warren Buffett pada 1991 silam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Warren Buffett Imbau Investor Tak Beli Saham Pakai Utang

Berapa Biaya untuk Makan Siang Bareng Warren Buffett?
Angka tersebut sukses melampaui pendapatan lelang yang didapat pada tahun sebelumnya.

Miliarder Warren Buffett mengimbau investor tak pinjam uang untuk beli saham. Hal itu disampaikan Warren Buffett dalam tulisan tahunannya kepada pemegang saham Berkshire Hathaway yang rilis pada Sabtu pekan lalu.

"Berkshire sendiri memiliki beberapa contoh nyata tentang bagaimana pergerakan harga sahamnya jangka pendek mengaburkan pertumbuhan nilai jangka panjangnya. Selama 53 tahun terakhir, perseroan telah membangun nilai dengan investasikan kembali pendapatannya dan membiarkan bunga majemuk bekerja. Pada tahun ini, kami bergerak maju, tapi saham Berkshire mengalami penurunan besar sebanyak empat kali," tulis Buffett, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa, 27 Oktober 2018.

Data menunjukkan saham Berkshire Hathaway turun antara 37-59 persen dalam 50 tahun terakhir. Pada 1973-1975, saham Berkshire Hathaway sempat melemah 59 persen. Kemudian 1987, saham Berkshire Hathaway susut 37 persen, 1998-2000 saham turun 49 persen, dan 2008-2009 merosot 51 persen.

"Hal itu menawarkan argumen terkuat yang bisa saya kumpulkan untuk tidak menggunakan uang pinjaman guna memiliki saham. Tidak ada yang tahu seberapa jauh saham bisa jatuh dalam waktu singkat," tulis dia.

Ia menambahkan, bahkan jika pinjaman kecil dan posisi Anda tidak segera terancam dengan bursa saham yang sedang lesu, Anda tetap memikirkan kondisi tersebut ditambah kabar yang mengkhawatirkan.

"Pikiran yang tidak tenang tidak akan membuat keputusan yang baik," tulis dia.

Buffett memperkirakan, saham Berkshire Hathaway berpotensi kembali turun serupa. "Tak ada yang bisa memberi tahu Anda kapan ini akan terjadi. Cahaya bisa sewaktu-waktu berubah. Ketika terjadi penurunan besar, bagaimanapun, mereka tawarkan kesempatan luar biasa kepada mereka yang tidak terhalang dengan utang," tulis dia.

Warren Buffett pun menolak keyakinan kalau obligasi atau surat utang merupakan investasi berisiko rendah dalam jangka panjang. Dia merekomendasikan tetap investasi di saham karena tahan terhadap dampak negatif dari inflasi.

"Saya ingin segera mengakui kalau saham akan menjadi lebih berisiko, jauh lebih berisiko dari pada obligasi Amerika Serikat dalam jangka pendek. Karena cakrawala investor untuk investasi jangka panjang, tapi diversifikasi portofolio makin panjang, portofolio diversifikasi saham Amerika Serikat semakin sedikit berkurang risikonya dari pada obligasi," tulis dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya