Ekspor RI Capai USD 15,80 Miliar pada Oktober 2018

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2018 sebesar USD 15,80 miliar.

oleh Merdeka.com diperbarui 15 Nov 2018, 11:28 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 11:28 WIB
Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Sebuah Perahu nelayan melintas di dekat kapal yang mengangkut peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2018 sebesar USD 15,80 miliar. Angka tersebut naik 3,59 persen dibanding Oktober 2017 dan naik 5,87 persen dibanding September 2018.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, sektor migas menyumbang ekspor USD 1,48 miliar. Sementara non migas menyumbang USD 14,32 miliar. 

"Ada kenaikan pada ekspor migas yaitu pada nilai gas. Sementara pafa nilai hasil minyak dan minyak mentah turun," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Secara per sektor dibanding bulan sebelumnya, ekspor Indonesia dari sektor pertanian menurun sebesar 0,92 persen dan mencatat nilai ekspor sebesar USD 0,3 miliar. Kemudian, industri pengolahan naik 6,40 persen mencatat nilai USD 11,59 miliar. 

"Pertambangan turun 0,58 persen secara month to month (MTM). Sehingga, ekspor non migas menyumbang 90,62 persen dari total ekspor Oktober 2018," ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Neraca Dagang Oktober 2018 Bakal Defisit USD 15 Juta

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, neraca dagang Oktober 2018 diperkirakan defisit USD 15 juta. Hal itu didorong ekspor masih merosot dan harga komoditas tertekan.

"Neraca dagang defisit kecil USD 15 juta pada Oktober 2018," ujar Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis 15 November 2018.

Ia menuturkan, neraca dagang defisit tersebut karena ekspor masih menurun. Apalagi harga komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan karet turun pada Oktober 2018. Diikuti aktivitas manufaktur yang merosot. Josua menambahkan, harga minyak cenderung merosot juga mendukung neraca perdagangan.

"Impor juga mereda karena siklus akhir tahun. Impor barang modal dan bahan baku agak rendah. Jadi defisit Oktober hanya USD 15 juta,” tambah dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya