Jelang Pertemuan G20 dan OPEC, Harga Minyak Anjlok

Pada minggu lalu, harga minyak Brent di USD 58,41 per barel dan WTI di USD 50,15 per barel. Harga tersebut jatuh ke level terendah sejak Oktober 2017.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Nov 2018, 05:39 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2018, 05:39 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak merosot pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena terbebani ketidakpastian atas perang dagang AS dengan China. Selain itu, tanda-tanda peningkatan produksi minyak mentah global juga ikut memberikan beban ke harga minyak.

Namun memang, penurunan harga minyak sedikit tertahan dengan adanya ekspektasi bahwa para produsen minyak utama akan kembali memangkas produksi pada pertemuan OPEC mendatang.

Mengutip Reuters, Rabu (28/11/2018), harga minyak Brent berjangka turun 27 sen menjadi USD 60,21 per barel. Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun 7 sen menjadi USD 51,56 per barel.

Pada minggu lalu, harga minyak Brent di USD 58,41 per barel dan WTI di USD 50,15 per barel. Harga tersebut jatuh ke level terendah sejak Oktober 2017.

Kedua patokan harga minyak mentah itu turun lebih dari 30 persen sejak awal Oktober 2018. Hal tersebut bisa terjadi karena tertekan oleh pasokan yang besar dan kelemahan pasar finansial yang meluas.

Para pelaku pasar akan melihat pertemuan para pemimpin Kelompok Negara G2 yang merupakan negara-negara dengan perekonomian terbesar dunia yang berlangsung pada 30 November hingga 1 Desember.

Dalam pertemuan tersebut, diperkirakan perang dagang antara Washington dan Beijing menjadi agenda utama.

Presiden AS Donald Trump terbuka untuk membuat kesepakatan perdagangan dengan Cina. Namun Trump juga siap untuk menaikkan tarif impor Cina jika tidak ada terobosan pada pertemuan makan malam dengan pemimpin Cina Xi Jinping pada acara G20 tersebut.

Gedung Putih melihat bahwa makan malam sebagai kesempatan untuk membalik halaman pada perang dagang dengan China. Namun dia mengatakan Gedung Putih telah kecewa sejauh ini dalam respons Cina terhadap masalah perdagangan.

"Perang tarif saat ini telah melukai ekonomi global dan langkah balas-membalas pengenaan tarif hanya akan meredam prospek permintaan minyak bumi," kata John Kilduff, analis Again Capital Management, New York, AS.

Tiga produsen besar minyak mentah yaitu Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, akan berada di KTT G20, meningkatkan harapan bahwa kebijakan harga minyak akan dibahas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertemuan OPEC

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu pada 6 Desember di Wina untuk membahas kebijakan produksi dengan beberapa produsen non-OPEC, termasuk Rusia.

Menurut sumber Reuters dari industri minyak, Arab Saudi menaikkan produksi minyak ke rekor tertinggi pada November. Negara tersebut memompa produksi dari 11,1 juta barel per hari menjadi 11,3 juta barel per hari (bpd).

Namun Arab Saudi juga telah mendorong pemotongan produksi kolektif dan sedang membahas proposal untuk mengekang produksi OPEC dan sekutunya sebanyak 1,4 juta barel per hari.

Trump telah menekan Arab Saudi, pemimpin de-facto OPEC, untuk tidak memangkas produksi.

Produksi minyak mentah AS juga mencapai rekor tertinggi bulan ini menjadi 11,7 juta barel per hari, dengan stok naik selama sembilan minggu berturut-turut.

Persediaan minyak mentah AS naik 3,5 juta barel pekan lalu menjadi 442,7 juta barel. Data tersebut berasal dari American Petroleum Institute.

Jumlah produksi tersebut lebih dari perkiraan para analis yang menyatakan hanya akan meningkat 769 ribu barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya