Liputan6.com, Caracas - Harga secangkir kopi di negara sosialis Venezuela tercatat naik hampir 200 ribu persen, atau tepatnya 199.900 persen di tahun 2018. Kenaikan itu adalah imbas dari kebijakan ekonomi Venezuela yang bermasalah.
Kenaikan harga secangkir kopi itu merupakan cerminan dari inflasi Venezuela. Sebab, Bloomberg memakai patokan harga kopi terhadap inflasi lewat Cafe Con Leche Index.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, per Desember lalu harga kopi naik menjadi 400 bolivar. Angka itu memang tampak kecil dari harga pertengahan tahun lalu yang mencapai 2 juta bolivar, karena angka 400 tersebut merupakan hasil dari penghilangan angka nol (denominasi) yang dilaksanakan rezim Nicolas Maduro.
Denominasi dilakukan karena nilai selembar uang sudah sangat jatuh. Akibatnya, rakyat Venezuela perlu membawa tumpukan uang demi membeli kebutuhan dasar.
Kembali ke harga kopi, angka 400 bolivar setara dengan Rp 9.000 (1 bolivar = Rp 0,04). Akan tetapi, gaji minimum di Bolivar adalah 4.500 bolivar. Maka, bisa dibayangkan berapa cangkir kopi yang bisa dibeli dengan jumlah gaji tersebut.
Menanjaknya upah minimum juga membuat orang buru-buru memberi barang yang mereka butuhkan sebelum harga ikut naik. Manuver penghilangan angka nol pun jadi tidak ada artinya, sebab pasar tinggal menyesuaikan harga.
Ini terutama memberi efek ke penukaran mata uang di pasar gelap. Venezuela terkenal ketat mengatur penukaran mata uang asing, itulah mengapa pasar gelap menjadi pilihan membeli dolar yang dipandang lebih stabil.Â
Jutaan rakyat Venezuela juga telah kabur menuju negara tetangga. Ini pun menyebabkan masalah baru bagi Ekuador yang berbatasan dengan Venezuela dan telah kedatangan setengah juta pengungsi.
Perhitungan IMF
IMF menghitung laju inflasi sampai 1,37 juta persen tahun 2018. Untuk tahun depan, IMF memprediksi inflasi 10 juta persen.
Apa yang terjadi di Venezuela disebut IMF serupa dengan apa yang terjadi di Jerman pada tahun 1923. Untuk 2023, inflasi negara itu diprediksi menyentuh 7.963.904.729.654.400.000.000.000.000.000.000%
Sebelumnya, Reuters menjelaskan ekonomi sosialis Venezuela berantakan akibat jatuhnya harga minyak di 2014 lalu. Akibatnya, kebijakan sosialis seperti subsidi dan pengendalian harga menjadi terganggu.
Advertisement