Begini Penderitaan Warga Kota Penghasil Minyak Utama Venezuela Gara-gara Krisis

Sering mati lampu, kulkas tak berfungsi, warga Venezuela terpaksa beli daging busuk.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Agu 2018, 12:50 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2018, 12:50 WIB
Kelangkaan pangan di Venezuela, menyusul krisis ekonomi dan politik yang terjadi di negara tersebut (AFP Photo)
Kelangkaan pangan di Venezuela, menyusul krisis ekonomi dan politik yang terjadi di negara tersebut (AFP Photo)

Liputan6.com, Maracaibo - Krisis di Venezuela memasuki berbagai lini kehidupan rakyatnya. Harga sabun yang melambung, listrik yang sering mati, bahkan rakyat Venezuela pun terpaksa membeli daging yang tak layak konsumsi.

Mengutip AP News, Jumat (24/8/2018), warga Kota Maracaibo kini harus mengantre membeli daging yang tak layak konsumsi. Kulkas tidak berfungsi akibat listrik yang terus-terusan mati dalam sembilan bulan terakhir.

"Baunya sedikit menjijikkan, tapi kamu bisa membilasnya dengan sedikit cuka dan lemon," ucap Yeudis Luna, ayah dari tiga anak warga Maracaibo.

Kondisi Maracaibo cukup ironis, padahal kota ini dipandang sebagai Arab Saudi dari Venezuela. Dijuluki demikian karena persediaan minyak di daerah itu yang melimpah. Kekayaan minyak Venezuela membuat negara tersebut abai terhadap diversifikasi ekonomi.

Tahun lalu, menurut Financial Times, terhitung 95 persen pendapatan ekspor Venezuela berasal dari minyak. 

Ketergantungan Venezuela terhadap minyak akhirnya menjadi bumerang saat harga minyak jatuh. Negara berpaham sosialis ini bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya, meskipun dulu hobi memberikan subsidi.

Sementara, Presiden Nicolas Maduro kerap menyalahkan pihak asing sebagai biang keladi masalah Venezuela. Belakangan, pemerintahannya mengeluarkan uang baru yang disebut Bolivar Soberano (Bolivar Berdaulat).

Dalam uang baru itu, angka nol dikurangi lima. Jadi, 1.000.000 bolivar hanya menjadi 10 bolivar di uang baru. Namun, uang lama dan uang baru masih sama-sama beredar sampai waktu yang belum ditentukan.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Rakyat Venezuela Bingung Lima Angka Nol Uang Bolivar Dihapus, Duit 10 Juta jadi 100 Perak

Saking Tak Bernilai, Uang Venezuela Dibikin Jadi Tas
Tampilan tas dari lembaran Bolivar buatan Rojas di Caracas, Venezuela, pada 30 Januari 2018. Inflasi yang tinggi membuat mata uang tersebut terus kehilangan nilainya. (AFP Photo/Federico Parra)

Strategi pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk menahan laju inflasi memberikan masalah baru. Rakyat Venezuela mengaku kebingungan seiring kebijakan pengurangan lima nol dalam nilai mata uang (redenominasi) bolivar.

Rakyat Venezuela kebingungan karena sekarang 1 juta bolivar hanya menjadi 10 bolivar dan 10 juta bolivar menjadi 100 bolivar. Mata uang baru ini disebut Maduro sebagai Bolivar Soberano (Bolivar Berdaulat).

"Saya tidak paham konversi moneter ini. Pemerintah tidak menjelaskan bagaimana itu bekerja atau perihal gaji," ucap warga bernama Yuraima Galaviz, seperti dikutip Reuters. 

Uniknya lagi, uang bolivar lama juga masih beredar sampai jangka waktu yang tidak ditentukan. 

Sebagai catatan, dalam nilai uang lama, harga barang di Venezuela bisa mencapai jutaan bolivar. Ambil contoh sabun yang mencapai 3,5 juta bolivar atau setara Rp 205 ribu. Atau popok seharga 8 juta bolivar atau Rp 470 ribu (1 bolivar = Rp 0,059). 

Menurut Fortune, warga Venezuela mengantre di ATM untuk mengambil uang baru, tapi mereka dibatasi menarik 10 bolivar per hari. Maduro sendiri menyebut langkah ini sebagai perubahan bersejarah dan menjanjikan stabilitas ekonomi lewat bolivar baru.

"Sebuah perubahan ekonomi bersejarah telah dimulai. Kami menyambut bolivar berdaulat dengan adaptasi sukses dari seluruh platform bank nasional. Kami akan meraih stabilitas dengan keseimbangan ekonomi dan makroekonomi untuk kebaikan seluruh rakyat Venezuela," jelas dia melalui akun Twitter.

Sebelumnya, diberitakan beragam masalah membelit ekonomi Venezuela. Mulai dari harga kopi yang melonjak, dana pensiun yang menunggak, dan warga negara yang mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Ekuador dan Kolombia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya