Cerita Warga Aceh Ingin ke Jakarta Tapi Transit di Malaysia karena Tiket Mahal

Harga tiket pesawat mahal membuat penumpang harus rela berputar rute.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 13 Jan 2019, 21:08 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2019, 21:08 WIB
Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Tiket pesawat sedang menjadi pembahasan nasional. Beragam isu disorot masyarakat mulai dari bagasi berbayar maskapai low-cost carrier hingga cerita warga Indonesia yang harus transit di Kuala Lumpur.

Salah satunya adalah Hotli Simanjuntak. Warga Banda Aceh ini memilih transit di Bandara Kuala Lumpur terlebih dahulu untuk berangkat ke Jakarta. Harga tiket menggunakan maskapai Air Asia ke Jakarta transit di Kuala Lumpur hanya Rp 1 juta.

"Tiketnya lebih murah, dari Banda Aceh ke Kuala Lumpur sekitar Rp 500.000 dan Kuala Lumpur ke Jakarta Rp 500.000," kata Hotli Simanjuntak seperti dikutip dari Merdeka.com.

Saat dia berangkat akhir tahun 2018, bila berangkat langsung Banda Aceh-Jakarta tiketnya mencapai Rp 1,8 juta. Jadi, singgah di Kuala Lumpur dinilai sangat menghemat anggaran tiket pesawat dan bisa dipergunakan untuk kebutuhan lainnya.

Berdasarkan penelusuran, Liputan6.com, Minggu (13/1/2019), harga tiket pesawat Jakarta-Aceh justru malah makin naik ketimbang saat Hotli membeli tiket pesawat. Di salah satu situs pemesanan tiket online, Traveloka, untuk rute Banda Aceh-Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019 dibanderol harga mulai Rp 2.768.000. Sedangkan, rute Banda Aceh-Kuala Lumpur-Jakarta hanya Rp 1.058.000.

Sementara, penerbangan rute Banda Aceh-Jakarta pada Senin, 21 Januari 2019 seharga mulai Rp 1.745.000. Lalu, rute Banda Aceh-Kuala Lumpur-Jakarta hanya seharga Rp 928.800.

Permohonan bikin paspor melonjak

Awal Januari 2019 diketahui banyak warga Aceh yang membuat paspor di Kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh. Harga tiket pesawat rute Banda Aceh-Jakarta yang terlalu mahal membuat warga Aceh memilih transit di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh, Muhammad Hatta menyampaikan adanya peningkatan warga yang mengajukan permohonan pembuatan paspor. Pihak imigrasi biasanya mengeluarkan 100 formulir per hari, namun sejak Januari 2019 mencapai 200 formulir per harinya.

"Ini salah satu penyebabnya banyak warga yang ingin transit di suatu Negara sebelum berangkat ke suatu daerah lainnya dalam negeri. Rata-rata mengaku saat petugas bertanya, hendak transit di Kuala Lumpur" kata Muhammad Hatta, Minggu (13/1) di Banda Aceh.

Terjadi di Batam

Hal serupa berlaku pada penerbangan Batam ke Jakarta. Sebagai perbandingan, untuk penerbangan Batam-Jakarta dengan jadwal penerbangan pada 15 Januari 2019, berada di atas Rp 1 juta. Sementara penerbangan dari Batam-Kuala Lumpur, Malaysia, di hari yang sama justru lebih murah, tepatnya Rp 767 ribu.

Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Kepulauan Riau (Kepri) menyuarakan kekhawatirannya. Pasalnya hal ini berpotensi mengganggu pariwisata lokal.

"Bagaimana program Pemerintah meningkatkan wisatawan domestik dapat tercapai. Jika kebijakan airline tidak dikendalikan," ujar Ketua DPD Asita Kepri Andika Lim.

Harga Tiket Pesawat Domestik Turun hingga 60 Persen

INACA Sepakat Turunkan Harga Tiket Pesawat
Ketum INACA Ari Askhara ( tiga kanan) memberi keterangan terkait penerapan tarif batas atas dan bawah pada maskapai penerbangan di Jakarta, Minggu (13/1). Ari mengatakan rentang penurunan berada di atas 20 hingga 60 persen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Seluruh maskapai nasional yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) telah menurunkan harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik sejak Jumat, 11 Januari 2019.

Hal ini menyusul banyaknya keluhan masyarakat akan mahalnya harga tiket pesawat untuk rute domestik atau dalam negeri. Penurunan tiket pesawat berkisar 20-60 persen.

Ketua Umum INACA I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari Askhara) menyebutkan keputusan tersebut berdasar hasil kesepakatan bersama antar beberapa pihak terkait. 

"Kami mendengar keprihatinan masyarakat atas tingginya harga tiket nasional. Dan atas komitmen positif dari stakehokder, khususnya AP 1, AP II, Airnav dan Pertamina," kata dia di Kawasan SCBD, Jakarta, Minggu (13/1/2018).

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia Airlines (GIA) ini menyebutkan, meski maskapai-maskapai di tanah air tengah dalam kondisi tak menguntungkan, namun keputusan untuk menurunkan tarif tetap harus diambil demi kepentingan masyarakat. Ia pun mengungkapkan mendengar suara masyarakat terkait tiket pesawat.

"Walaupun di tengah kesulitan maskapai nasional yang ada, tapi kami lebih mendnegar keluhan masyarakat atas tingginya harga tiket. Kami tidak begitu saja tidak mempedulikan," ujarnya.

Dia menyebutkan, beberapa tarif penerbangan domestik yang telah turun sejak Jumat lalu antara lain rute Jakarta-Denpasar, Jakarta-Yogyakarta, Bandung-Denpasar, dan Jakarta-Surabaya.

Ari melanjutkan, rentang penurunan harga tiket pesawat yang dilakukan tiap maskapai berbeda-beda dan variatif, yakni pada kisaran 20 persen sampai 60 persen.

"Penurunannya bervariatif, bisa sampai 50 persen dan 6 persen. Yang pasti di atas 20 persen sampai 60 persen. Kita kembali ke harga normal," terang dia.

Penurunan harga ini, tambahnya, dilakukan untuk menyesuaikan permintaan dari masyarakat terhadap tiket pesawat yang mulai kembali normal.

"Mulai Jumat sudah diturunkan untuk 6 rute, dan ini akan terus berlanjut. Kita menyesuaikan demand dan kebutuhan dari masyarakat di masing-masing daerah yang berbeda," ujar dia.

Dia juga menegaskan meski ada penurunan harga tiket pesawat namun layanan yang akan diberikan tidak mengalami perubahan.

"Kalau ada penurunan harga tiket domestik ini, kita tetap akan berkomitmen tinggi menjaga safety penumpang dan terus meningkatkan," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya