Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, Bulog memiliki target bisa mengekspor beras ke sejumlah negara tetangga pada pertengahan 2019.
Ombudsman RI menilai, rencana tersebut perlu dikaji lebih cermat dan penuh kehati-hatian. Meski stok beras dalam negeri tengah surplus usai panen raya yang jatuh pada pertengahan April hingga akhir Mei mendatang.
Anggota Ombudsman RI, Alamsyah Saragih mengatakan, ekspor beras mungkin bukan hal yang bijak untuk dilakukan. Sebab dikhawatirkan stok beras yang tersisa kualitasnya rendah dan tidak disukai masyarakat.
Advertisement
Baca Juga
"Stok tidak berkualitas nanti tidak bisa menekan harga untuk turun saat operasi pasar. Jangan sampai beras bagus di ekspor tapi beras yang ada di stok turun kualitasnya," kata dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (4/2/2019).
Dia mengungkapkan, harus berkaca pada tahun-tahun sebelumnya. Harga beras cendurung melonjak naik seperti pada 2015. Kemudian sebagai antisipasi, pemerintah kemudian mengimpor beras sebanyak 861 ribu ton. Stok Bulog 1,3 juta ton.Â
"Lalu, pada 2016 pemerintah melakukan stabilisasi harga. Di sini kita lihat mengapa ini terjadi. Karena 2016 1,28 juta ton kemudian di prediksi cukup," ujar dia.
Akan tetapi, lanjutnya, pada 2017, stabilisasi harga hanya mampu bertahan sampai pertengahan tahun saja. Dilanjutkan dengan upaya pemberantasan mafia beras.
"Tapi hanya sedikit harga turun lalu naik sampai awal Januari 2018. Mengapa ini terjadi karena memang supply dari dalam negeri berkurang stok Bulog 958 ribu ton. Perkembangan 2018 harga beras baik sedikit. Sementara stok Bulog 2,1 ton karena memang pada 2018 juga pemerintah menerapkan BPNT yang meluas. Sehinga stok di Bulog tidak terdistribusi meski ada impor 2,25 juta ton," ujar dia.
Â
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Penjelasan Dirut Bulog soal Wacana Ekspor Beras
Sebelumnya, Direktur Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengatakan, pihaknya akan mengekspor beras jika masa panen raya tiba pada Februari hingga Maret tahun ini. Langkah ini dilakukan untuk menghindari banjir produksi mengingat cadangan beras di gudang masih cukup besar.
"Antisipasi panen raya nanti mulai akhir Februari, Maret, April itu akan nyerap sebanyak mungkin 1,8 juta dan stok 2,1 juta di gudang. Jadi tidak bisa nyerap lebih banyak lagi. Jadi bagaimana kita bisa produksi bukan untuk disimpan tapi untuk dijual ke negara lain," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa 22 Januari 2019.
"iya ini antisipasi kita, prediksi panen raya akan menghasilkan jumlah yang cukup besar. Sedangkan kita tidak mampu menyerap keseluruhan juga, jangan sampai petani dirugikan," lanjut dia.
Pria yang akrab disapa Buwas tersebut mengatakan, saat ini pihaknya sudah menjajaki beberapa negara di Asia sebagai tujuan ekspor beras. Hal ini pun sudah dikomunikasikan dengan beberapa kementerian terkait.
"Justru ini saya koorodinasi dengan beberapa kementerian perdagangan, perindustrian. Bulog tidak serta merta bisa seenaknya ekspor, karena ini negara kita. Komunikasi juga dengan Kemenlu," jelasnya.
Untuk mengantisipasi panen raya, Bulog bersama pemerintah akan menyiapkan dryer atau pengering sebanyak 900.000 unit. Dryer ini juga akan digunakan untuk pengeringan panen jagung dibeberapa sentra penghasil jagung.
"Cadangan ini cadangan dari dalam negeri. Kita upaya mudah-mudahan tidak perlu impor lagi jadi kita serap dalam negeri supaya bisa maksimal, kualitas kita jaga. Supaya kualitas bagus kerja sama Kementan dengan cuaca hujan siapkan dryer 900.000," jelasnya.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement