Respons Menko Darmin Soal Rencana Bulog Ekspor Beras

Langkah ekspor beras dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan produksi beras dalam negeri.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2019, 15:28 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2019, 15:28 WIB
20160608-Gudang Bulog-Jakarta- Johan Tallo
Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Perum Badan Urusan Logistik (BULOG) berencana mengekspor beras saat berlangsungnya panen raya di April hingga Mei 2019. Langkah ini dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan produksi beras dalam negeri.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution pun memberikan responnya terkait rencana tersebut. Menurut dia, saat ini yang lebih penting adalah menjaga harga beras tidak naik.

"Sudah lah yang penting kita jaga dulu harga beras tidak naik, tidak perlu turun. Kalau bisa ya," ujar Menko Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Darmin melanjutkan, tidak sulit jika melakukan ekspor hanya satu kali. Namun, yang sulit adalah melakukan ekspor secara terus menerus.

"Apa susahnya kalau ngomongnya ekspor, ya kirim aja ekspor ke Filipina atau kemana, ke Malaysia yang penting bukan bisa ekspor," jelas dia.

"Kalau bisa ekspor itu terus menerus, itu namanya baru bisa ekspor. Kalau cuma sekali, sekali peristiwa dia ekspor begini, sudah lah lupakan," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Cadangan Beras Nasional Cukup untuk 1,5 Bulan

Peluncuran Operasi Pasar di Pasar Induk Cipinang
Petugas menurunkan beras jenis medium saat Operasi Pasar Beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (22/11). Perum Bulog dan PT Food Station hari ini menggelar operasi pasar beras medium seharga Rp 8.500 per kg. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santosa menilai penyataan Kandidat Calon Presiden Prabowo Subianto soal cadangan beras yang hanya mampu bertahan selama 3 minggu tidak tepat.

Dwi mengungkapkan, jika berbicara cadangan beras maka harus dilihat dari stok beras yang ada di Perum Bulog dan pengusaha swasta pada awal tahun serta perkiraan produksi hasil panen. Pada awal 2019, dia memperkirakan masih ada stok sekitar 4 juta ton.

"Kalau cadangan beras dihitung dari stok awal tahun serta panen pada bulan berjalan dan bulan-bulan ke depan. Stok awal tahun ini kita perkirakan ada 4 juta ton kurang sedikit," ‎ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Dengan stok sejumlah itu, lanjut Dwi, maka masih akan mencukupi hingga 1,5 bulan ke depan. Sebab, rata-rata konsumsi beras nasional per bulan sekitar 2,5 juta ton.

"Untuk konsumsi bulan 2,5 juta ton. Kalau dibilang hanya beberapa minggu ya tidak benar. Ya paling tidak sekitar 1,5 bulan. Ini belum ditambah dengan panen yang akan terjadi. Tahun ini aman karena ada stok dari impor. Stok di Bulog kan masih ada 2,1 juta ton," kata dia.

Dia mengungkapkan, pada Januari hingga Februari 2019 akan ada tambahan beras sekitar 1,5 juta ton dari hasil panen dalam negeri. Hal ini turut membantu menambah stok beras nasional.

"(Panen) Januari pasti 500 juta ton, Februari mungkin di atas 1 juta ton. Jadi sampai Februari stok beras nasional mungkin ada sekitar 6 juta ton. Mungkin masih memadai terkait dengan konsumsinya," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya